Poros perubahan ada dipundak mahasiswa. Kalimat
ini tentu mengisyaratkan sebuah tanggung jawab besar pada mereka yang berstatus
mahasiswa. Mereka tidak hanya sebagai Agent of change, tetapi juga sebagai
perpanjangan tangan dari masyarakat, penyampai aspirasi dan pemupuk harapan.
Berbagai advokasi ketidakadilan,
ketidakberdayaan, kecurangan politik-ekonomi-sosial dan lain-lain dilakukan
mahasiswa sebagai interpretasi niatan nurani yang terusik oleh kondisi negeri
sekaligus bukti pentingnya peran mahasiswa. Sebagai contoh, tumbangnya Orde
Lama tahun 1966, Peristiwa Lima Belas Januari (MALARI) tahun 1974, runtuhnya
Orde baru tahun 1998, demonstrasi besar-besaran dalam kasus Bailout Century
tahun 2009 hingga ratusan mahasiswa harus dipukul mundur dari gedung DPR dengan
semprotan meriam air. Tak ketinggalan menyebut kerusuhan mahasiswa dan aparat
kepolisian ketika terjadi kasasi Mahkamah Agung yang membebaskan Akbar Tanjung,
hingga ratusan mahasiswa berlumuran darah. Peristiwa serupa terulang dalam
protes rakyat Indonesia dan mahasiswa dalam kasus kenaikan harga BBM baru–baru
ini yang akhirnya juga berujung anarkis.
Pergerakan
Mahasiswa hari ini
Menyaksikan demonstrasi yang dilakukan
mahasiswa meno¬lak kenaikan BBM sungguh membuat hati kita miris. Mahasiswa yang
menjadi mesin penggerak perubahan untuk menjadikan Indo¬nesia lebih baik,
justru bertindak anarkis. Tindakan ini sungguh di luar batas kewajaran sebagai
mahasiswa yang intelek, rasional dan santun.
Tindakan merusak dan membakar fasilitas
publik yang jelas dibiayai dengan uang rakyat dalam sekejap musnah oleh
tindakan mereka. Kendaraan aparat pemerintah juga dirazia untuk dijadikan
sasaran amukan mereka.
Inilah kondisi pergerakan hari ini.
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa mereka mesti melakukan tindakan anarkis?.
Secara umum, tindakan anarkis ini merupakanakibat stimulus dari tiga persoalan
krusial. Pertama, sikap represivitas aparat keamanan dalam menanggapi provokasi
mahasiswa. Banyak aksi anarkis mahasiswa terjadi akibat adanya provokasi pihak
luar, utamanya aparat keamanan.
Apalagi seperti diketahui, polisi yang
diturunkan ketika menghadapi aksi mahasiswa umumnya polisi muda. Pertemuan
darah muda mahasiswa dan polisi muda membuat aksi mudah panas sehingga sering
terjadi bentrok.Kedua, aksi anarkis mahasiswa adalah upaya memancing perhatian
media massa. Masih banyak terjadi asumsi, aksi damai akan jarang mendapatkan
liputan media massa, Sehinggaagar mendapatkan pemberitaan luas mahasiswa
melakukan tindakan anarkis.Ketiga, anarkisme adalah strategi pesan agar suara
mahasiswa didengar penguasa dan masyarakat Indonesia. Tindakan anarkis
pergerakan hari ini semakin menguatkan bahwa identitas demonstrasi pergerakan
adalah demontrasi anarkis.
Hal ini tentu saja disebabkan saluran legal
seperti pemerintahan dan parlemen sudah tidak lagi berkuasadan ketidakadaan
bukti riil dari pemerintah selama ini untuk sebuah perubahan yang
mensejahterakan rakyat. Jadilah, parlemen jalanan menjadi alternatif gerakan
merubuhkan kesombongan dan kezaliman penguasa.
Fakta lain pergerakan hari ini adalah,
aksi-aksi yang dilakukan mayoritas mahasiswa ternyata hanya mengikuti tren.
Berbagai reaksi yang muncul hanyalah respon spontanitas terhadap permasalahan
hangat yang muncul dimasyarakat. Jika isu tak lagi popular dimasyarakat, maka
mahasiswa kembali pulang ke peraduannya tanpa pernah meyusun strategi apa lagi
yang harus dilakukan. Suara yang awalnya lantang, kemudian sirna seolah ditelan
bumi.Mulai tumbuhnya gejala pragmatisme dan apatisme dalam pergerakan mahasiswa
tersebut, juga terlihat dari kecenderungan untuk tidak perduli dengan
masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Berkembangnya sikap individualistik dan
hedonistik mengakibatkan pasifnya keinginan untuk ikut terlibat dalam gerakan
mahasiswa ataukah munculnya pergerakan yang ditunggangi kepentingan.
Tentu kita masih ingat ketika presiden SBY
bersama ketua BEM beberapa universitas melakukan kunjungan ke china beberapa
waktu yang lalu ditengah gencarnya protes sebagian pergerakan yang lain atas
rencana kenaikan harga BBM.Kita semua juga tidak bisa memungkiri, seseorang
yang pada dasarnya mempunyai prinsip untuk menjalankan politik dengan jujur,
transparan, dan mengenali aspirasi rakyatnya; jika berhadapan langsung dengan
kekuasaan yang mengekangnya dan sistem perpolitikan itu sendiri –yang mana
dalam pengambilan kebijakan harus mengorbankan satu pihak demi pihak lain-
pasti akan terdesak dan pada gilirannya akan mengamininya.
Inilah beberapa bukti pragmatis dan
anarkisnya pergerakan hari ini. Pertanyaannya selanjutnya adalah, apakah
kondisi akan berubah menjadi lebih baik dengan aksi anarkis? Ternyata tidak.
Kondisi bangsa bukan menjadi lebih baik, namun justru semakin terpuruk.
Beberapa kesalahan dari pergerakan
pragmatis, anarkis, dan hedonis adalah gerakan-gerakan tersebut dibangun diatas
kekaburan fikrah (konsep) dan kerancuan thariqah (metode), bertumpu pada
individu-individu yang tidak memiliki kesadaran dan niatan yang benar, serta
lemahnya ikatan yang menyatukan setiap orang yang ada didalamnya.Yang juga
perlu diingat adalah pergerakan harusnya tidak pernah mengkritik tanpa
menyodorkan solusi. Tidak berpikir pendek hanya untuk diri sendiri saja, tapi
memikirkan juga anak dan cucu. Dan yang lebih penting lagi adalah para aktivis
pergerakan tersebut harus mengetahui bahwa keterpurukan bangsa tidak hanya
disebabkan oleh kesalahan individu pemimpin semata, melainkan lebih disebabkan
oleh rusaknya sistem yang diterapkan.
Maka untuk mengatasi permasalahan ini,
mahasiswa perlu merekonstruksi format gerakan mereka dan melakukan perubahan
haluan pergerakan mahasiswa dari pergerakan yang cenderung reaksional anarkis
menuju pergerakan yang intelek, analitis, politis, dan berideologi. Hanya
dengan cara ini gerakan mahasiswa akan menemukan kembali ruh pergerakannya. Ruh
pergerakan yang tidak lagi menjadikan konfrontasi fisik sebagai jalan perubahan
melainkan secara gencar melakukan konfrontasi pemikiran hingga terselesaikannya
masalah dengan pergantian sistem secara menyeluruh.
Pergerakan
Mahasiswa Ideal
Seluruh elemen gerakan mahasiswa perlu
segera membangun pondasi ideologisnya. perjuangan berdasarkan ideologi haruslah
mengutamakan realisasi atau perbuatan kongkrit (bukan jargon, bunyi-bunyian,
atau sekedar mencari kesibukan), dan transformasi revolusioner (bukan revolusi
kekerasan atau revolusi bersenjata).
Islam, sebagai falsafah kebangkitan hakiki
dari sang Maha pencipta yang tak sekedar agama ritual namun sebagai
ideologi (mabda') mumpuni hadir dengan mengintegrasikan fikrah (konsep) dan
thariqah (metode) Islam secara terpadu. Gerakan dengan konsep pergerakan
islam ini hadir sebagai sebuah gerakan politik dengan sekelompok individu yang
juga mengimani Islam sebagai sebuah ideologi. Dalam Islam, konsep pergerakan
adalah tunggal. Yakni membebaskan manusia dari penyembahan terhadap thagut agar
hanya menyembah tauhiid. Thagut adalah apa-apa yang bertentangan dengan
syariat.
Sedang tauhid adalah mengakui ketuhanan
hanya milik Allah SWT, mengakui kekuasaan Allah atas keseluruhan makhlukNya,
Dan meyakini nama dan semua sifat-Nya. Yang perlu diingat bahwa pergerakan yang
dilakukan rasululullah dan para sahabat adalah pergerakan mengubah pemikiran.
Entah dilakukan dengan dakwah dan atau jihad yang menjadi metode pokok
menyebarkan agama ini. Metode ini tidak boleh berubah sepanjang jaman. Metode
ini baku dan tidak boleh ada yang menggunakan metode selain dari metode ini.
Surah Ali Imran: 104, yakni “Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” Yang dimaksud dengan kebajikan atau al-Khoir ialah mengikuti
al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang
harus dibawa oleh jama’ah dakwah tidak lain hanyalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
yang memiliki tabiat mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Ini adalah hal yang tidak dapat dipungkiri dan tidak dapat dielakkan dengan
naqli maupun aqli.
Telah menceritakan kepada kami Abu Musa
Al-Asy’ari bahwa ada seorang laki-laki badui datang kepada nabi SAW dan
bertanya… “maka siapakah yang disebut berjuang di jalan Allah?” maka rasulullah
SAW bersabda: “barang siapa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah
setinggi-tingginya maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah” (HR.
Muslim 3524). Jadi, sudah jelas bahwa tujuan seorang aktivis pergerakan
adalah Tauhiid. Yakni membebaskan manusia dari penghambaan terhadap
thagut kepada semurni-murninya menyembah Allah SWT.
Allah berfirman : “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. Maka jelaslah metode menegakkan dien ini tidak boleh lepas
dari uswah Rasulullah SAW sebagai utusan-Nya yang diberi kewenangan untuk
memimpin umat Islam hingga akhir zaman. Bagi mereka yang menempuh metode baru
untuk menegakkan agama ini, maka sesungguhnya ia telah tersesat. Tidak mungkin
berhasil orang-orang yang mengadakan metode baru dalam perkara agama ini.
Apalagi bermimpi untuk menegakkan agama Allah SWT (Islam) dengan metode yang
sama sekali tidak dicontohkan rasulullah SAW.
Adapun landasan faktual yang bisa kita
resapi dan renungi adalah bahwa sampai detik ini pergerakan yang tidak
berpegang teguh pada ketiga poros dan pondasi dasar pergerakan ini tidak ada
yang berhasil mengembalikan izzah agama Allah. Sebagai contoh, sejak runtuhnya
Daulah Khilafah Utsmaniyyah, banyak pergerakan-pergerakan Islam yang muncul
ke permukaan dengan tujuan menegakkan kembali Khilafah. Namun, karena mereka
kebanyakan tidak memegang ketiga dasar dari pergerakan ini, maka hasilnya
nihil. Pergerakan-pergerakan ini muncul atas dasar wathoni dan bahkan atas
dasar perbaikan, padahal yang mereka hadapi adalah kehancuran yang sudah
semestinya bukan diperbaiki, melainkan dibangun kembali guna terwujudnya
kehidupan Islam yang komprehensif.
Fakta lainnya yakni pergerakan mahasiswa
Islam melupakan bahwa pokok masalah umat hari ini adalah bercampurnya kemurnian
Tauhiid dengan Kesesatan Thagut(diterapkannya sistem sekuler dalam kehidupan).
Maka sudah semestinya pergerakan yang dilakukan adalah menyelematkan
aqidah kaum muslim dengan metode dan cara yang dicontohkan rasulullah
SAW. Seharusnya setiap pergerakan kembali pada Syariah dan penegakan
Khilafah. Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh pergerakan
mahasiswa demi tuntasnya permasalahan bangsa ini.
Tahapan pertama adalah pengkajian dan
belajar untuk mendapatkan tsaqofah sekaligus sebagai pondasi pembentukan
gerakan. Pembinaan yang terjadi dalam tahapan ini berbeda dengan pendidikan di
sekolah. Setiap anggota harus melalui proses pembinaan ini. Sebab, dengan
proses ini seseorang akan memahami fikrah dan thariqah partai dan setiap orang
yang hendak bergabung dengan partai harus menempuh fase ini, tanpa memandang
gelar dan kedudukannya di tengah-tengah masyarakat. Dalam tahapan ini,
ideologi menjadi fokus utama yang mesti dipahami secara mendalam sebagai
tawaran solusi fundamental dan haruslah bersifat amaliah (praktis) untuk
diterapkan dalam kehidupan, sehingga pergerakan akan seantiasa hidup,
berkembang, bergerak, dan tidak kehilangan kepekaannya atas kondisi-kondisi
masyarakat. Keberhasilan pada fase ini merupakan jaminan bagi keberhasilan pada
fase berikutnya.
Tahapan kedua adalah, interaksi dengan
masyarakat kampus, hingga ideologinya menjadi kebiasaan umum sebagai hasil dari
kesadaran masyarakat akan ideologi itu. Pada fase ini pergerakan akan
menghadapi hambatan-hambatan dan bahaya-bahaya. Hambatan-hambatan yang ada
yaitu : (1) pertentangan ideologi gerakan (Islam) dengan ideologi di
masyarakat; (2) perbedaan tsaqafah gerakan (Islam) dengan tsaqafah di
masyarakat; (3) adanya orang-orang pragmatis di masyarakat, baik yang pasrah
dengan realitas, maupun orang zalim yang enggan hidup dalam kebenaran; (4)
keterikatan manusia dengan kepentingan-kepentingannya; serta (5) sulitnya
mengorbankan kehidupan dunia di jalan kebenaran (Islam).
Yang ketiga adalah, mendukung secara
maksimal partai Islam ideologis yang tengah memperjuangkan penegakan khilafah
dalam tahapan pengambilalihan kekuasaan secara menyeluruh, hingga terwujud
sebuah institusi yang menerapkan ideologi dan menyebarkan Islam ke seluruh
dunia secara menyeluruh (kaffah) tanpa kompromi.
Inilah Identitas sesungguhnya dari aktivis
dan aktivitas pergerakan. Yang menjadi suatu keikhasan yang membuatnya berbeda
dengan pergerakan-pergerakan lain, karena mereka selalu terikat dengan
aktivitas mengembang dakwah. Sebuah kata-kata yang menggugah paradigma juga
pemikiran, yaitu “Mengemban dakwah Islam (melaksanakan aktivitas pergerakan)
saat ini, hendaknya dikembangkan dengan metode yang sama sebagaimana masa-masa
sebelumnya, yaitu dengan menjadikan metode dakwah Rasulullah SAW sebagai suri
tauladan.
Tidak boleh berpaling sedikitpun dari metode
tersebut, baik secara keseluruhan maupun dalam rinciannya, dan tanpa
memperhatikan lagi perkembangan zaman. Sebab, yang berkembang hanyalah sarana
dan bentuk kehidupan, sementara nilai dan maknanya sama sekali tidak akan
berubah, walaupun zaman terus berputar, dan bangsa-bangsa maupun negeri-negeri
berbeda-beda. Dan Seharusnya sikap dan tindakan seorang pengemban dakwah Islam
(aktivis pergerakan), yaitu menyampaikan dakwah secara terang-terangan;
menentang segala kebiasaan, adat istiadat, ide- ide sesat, dan persepsi yang
salah; bahkan menentang opini umum masyarakat kalau memang keliru, sekalipun
untuk ini dia harus bermusuhan. Begitu pula dia akan menentang
kepercayaan-kepercayaan dan agama-agama yang ada, sekalipun harus berhadapan
dengan kefanatikan para pemeluknya atau harus menghadapi kebencian orang-orang
yang dungu dalam kesesatannya.”
Jadi bagi para aktivis pergerakan jangan
pernah mundur atau mengatakan “aku takut karena ini dan itu” tapi takutlah
hanya pada Allah semata. Dan ingatlah bahwa janji tegaknya kembali sistem
pemerintahan islam adalah sebuah kepastian.
nice share gan..infonya sangat bermanfaat, lengkap dan lugas ..
ReplyDelete