Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Wednesday, September 26, 2012

Syarat dan Kondisi Perubahan Kepemimpinan Nasional


Semenjak konspirasi super power berhasil menjatuhkan Bung Karno, Indonesia dijajah oleh NEKOLIM. Ini lebih parah dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang dampaknya bagi bangsa dan negara. Karena yanbg dikuasasi adalah alam pikiran ideologis dan filosifis. No 1. kaum intelek di pasung. 2. Gerak-gerik mahasiswa idealis di batasi. 3. Dunia pendidikan dikuasai untuk menjadi penyaring kader pemimpin bangsa yang sesuai dengan falsafah penguasa.4. Pengkotak-kotakan golongan, suku dan agama dimana politik divide et impera diterpakan untuk memukul segala gejala pembaruan (kembali ke UUD 45 Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan melawan NEKOLIM).

Sebagai akibatnya kita melihat: Mutu pendidikan yang merosot, karena: a. yang benar2 pandai tidak diberi kesempatan bila ada gejala membahayakan hegemoni Nekolim. b. Terjadi 'brain drain' (perpindahan kaum intelek ke negara yang lebih akomodatif) yang luar biasa, (ini termasuk skenario umum NEKOLIM). c. Pendidikan drancang dan dilaksanakan untyk mengakomodasi prinsip2 NEKOLIMi sehingga semakin terpuruklah intelektualitas bangsa terutama di bidang R&D. d. Terjadi Krisis kepemimpinan pasca OrdeBaru.

Kepemimpinan dibentuk melalui sebuah sistim dimana proses pembentukannya melalui relasi atasan - bawahan. dengan sendirinya pada umumnya terlihat bahwa bawahan yang lebih berpotensi dari atasannya secara psikologis merupakan ancaman bagai atasannya apalagi kalau bawahan itu mengutamakan profesionalisme diatas paternalisme. Jadi sistim yang terbentuk sejak jatuhnya Bung Karno adalah feodalistik paternatlistik yang amat sangat menghambat perubahan, pembaruan dan kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan implikasi terhadap sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan politik. Ketika terjadi reformasi pada tahun 1998, maka beberapa gelintir kader bangsa yang sudah dalam struktur kepemimpinan nasional mendapat kesempatan terbesar untuk muncul dengan hampir tidak ada pesaing dari luar struktur.

Hal ini termasuk kader-kader dari kalangan Parlemen, Birokrasi, TNI dan Polri. Untuk menjaga hegemoni pasca reformasi maka dengan sendirinya para pemimpin nasional 'baru' memantapkan posisi mereka dengan menempatkan orang yang mereka percaya, yaitu: 1. yang masih ada hubungan keluarga & kerabat, 2. yang sudah dalam struktur dan 3. orang2 akademis (pada umumnya peneliti, dosen, pengamat dan konsultan adalah tipe orang yang tidak akan mengambil resiko apapun terlepas dari berani atau tidaknya) demi mengamankan diri terhadap ancaman psikologis dari orang2 yang memiliki potensi lebih besar sebagai pemimpin nasional hanya belum sempat muncul.

Isu '3 menantu Sarwo Edhi sukses' sangat masuk dalam penjelasan diatas. Namun kita berharap muncul pemimpin yang lebih berkualitas daripada yang ada saat ini dan itu memang membutuhakn perjuangan agart terjadi perubahan, pembaharuan cara berpikir dan keberanian yang luar iasa karena musuhnya adalah konspirasi NEKOLIM.

Perubahan keseimbangan kepemimpinan super power USA Obama, Uni ERopa dan China dapat melemahkan konspirasi NEKOLIM sehingga potensi nasional harus dapat memanfaatkan momentum tersebut dalam 5 tahun kedepan mulai dari sekarang. Pribadi saya melihat perubahan itu sedang datang dan bahkan akan merombak sistim kepemimpinan yang ada secara alami.

Para founding fathers Republik Indonesia tidak pernah mengharapkan adanya penjajahan baru, bahkan mereka sudah memperingatkan bangsa kita terhadap NEKOLIM. Kemerdekaan yang dicita-citakan oleh mereka, rakyat, bangsa dan negara adalah mutlak. Indonesia bila benar2(!) merdeka akan menjadi bangsa dan negara kuat yang berperan sebagai pendamai (karena bangsa kita adalah bangsa yang cinta damai yang dapat dilihat secara antropologis) dan pensejahtera (karena kekayaan sumber daya manusia dan alamnya) dunia. Kalau kepemimpinan masih ditentukan oleh kemiskinan (jiwa) maka Indoensia akan senantiasa (ter)jajah.

Syarat dan Kondisi Perubahan Kepemimpinan Nasional Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment