Begitu misterius dan menggemaskan bagi
sebahagian kalangan mengenai praktek money politik ini. hal ini, disamping
disebabkan oleh kemunculannya yang bersifat monumental kasuistis dimana dia
mampu mempengaruhi dan sekaligus menjadi penyebab cepat dan lambatnya gerakan
perputaran sebuah keadaan (Dalam ilmu fisika keadaan ini disebut dengan istilah
“momen puntir”, dia juga begitu misterius dan licin untuk diciduk.
Menarik memang kalau kita membuka ruang
diskusi untuk membedah apa yang dimaksud dengan money politik yang selalu marak
kemunculunya disetiap menjelang atau paskah diselenggarakan sebuah even politik
dimanapun di seluruh penjuru bumi pertiwi ini. Begitu menariknya membahasa
tentang bentuk, ciri, motif, dan operasional hingga eksekusi money politik itu,
hingga kadang diskusi kita tidak pernah sampai pada sebuah kesimpulan atau
rekomendasi yang diserukan melalui sebuah gerakan yang No money politik secara
konkret, dipatuhi dan berefek jera yang mumpuni. Yah persis gambarannya seperti
mencari ketiak ular dengan mengelus dan meneliti inci demi inci badan ular
untuk mencari letak ketiaknya.
Kultur politik ekonomistik adalah kultur
politik yang memandang kekuasaan hanya sebagai investasi. Apa yang ada di benak
para oknum politisi kotor ini bukanlah idealisme, melainkan nilai tukar,
alih-alih untuk memperjuangkan kesejateraan rakyat seperti yang dipidatokanya
dengan penuh semangat, berapi-api, berbusa-busa. Berangkat dari semangat
investasi itulah maka seorang oknum politisi rela membayar atau mengeluarkan
puluhan hingga ratusan miliar rupiah karena tahu betul bahwa investasinya itu
akan membuahkan hasil lebih besar dikemudian hari.
Munculnya berbagai macam gejolak dan aksi
protes sampai ke tingkat pengadilan dalam setiap proses pemilukada di Indonesia
merupakan indikator kuat untuk mengatakan bahwa kekuasaan dan uang bekerja di
dalamnya. Apa yang disebut dengan kultur politik ekonomistik kapitalis, dimana
kekuasaan adalah investasi menemukan wujudnya.
Modus operandi ditingkat eksekusi money
politik ini sudah jamak diketahui orang bahkan sudah basi bagi sebahagian
kalangan, seperti serangan fajar dengan kegiatan bagi-bagi sembako, uang dan
lain-lain, yang sedianya dilarang dalam undang-undang bahkan diancam dengan
ancaman yang tidak ringan dengan dicoretnya kontestan pemilu atau didiskualifikasinya
pasangan calon, namun kenyataanya masih saja praktek-praktek kotor itu
dilakukan.
Politisi ekonomistik kapitalis kekuasaan
tidak main-main dalam mengamankan investasinya. Mereka sadar betul bahwa,
perjalanan menuju kursi kekuasaan politik, tentu saja bukan kerja seperti
membalik telapak tangan. Disisi lain, politik kekuasaan yang dipresentasikan
dalam pilkada dan pemilu menjadi ajang permainan kapital para kandidat yang
berpunya. Dana besar identik dengan pencitraan kandidat dalam skala yang lebih
luas. Kapital yang besar akan mampu memukau dan menguatkan citra di mata
publik. Sepasang kandidat tampak “terbesarkan dan tercerahkan” jika mampu
mengampanyekan dirinya di televisi-televisi, media cetak ternama, dan baliho-baliho besar
dengan kualitas yang bagus.
0 komentar:
Post a Comment