Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Saturday, September 8, 2012

Islam dan Demokratisasi di Indonesia


Sesuatu ajaran hanya bisa hidup bertahan ditengah-tengah masyarakat manakala masyarakat itu sendiri memiliki kebebasan untuk melakukan interpretasi ajaran tersebut sesuai dengan kultur masyarakat setempat. Dengan proses adaptasi dan akomodasi dan sekaligus seleksi terhadap budaya lokal tersebut menjadikan islam dipahami masyarakat sebagai hal yang genuine bukan sebagai pendatang. Pola integrasi inilah yang mengantarkan islam melalui tiga proses perkembangan yaitu  Islam datang, Islam berkembang dan Islam menjadi kekuatan politik.

Kehadiran islam di nusantara telah mengalami proses adaptasi secara kultural dengan budaya setempat sehingga demikian banyak kosa kata arab sebagai bahasa resmi Islam ke dalam khasanah Indonesia termasuk dalam term-term politik. Kata-kata yang menyebut nama-nama hari di Indonesia sepenuhnya diadopsi dari Islam sejak dari ahad, senin dan seterusnya sekalipun kemudian oleh karena interaksi dengan dunia barat kata ahad belakangan lebih populer penyebutanya dengan minggu (dominggos) yaitu sebagai hari Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan islam di Indonesia membawa kedamaian dan terjadinya proses imansipasi dari penduduk negeri ini sehingga mereka menjadi bagian dari masyarakat kosmopolit yang terwujud melalui ibadah sholat dan haji.

Lalu kemudian Islam berhadapan dengan penganut agama-agama lain di Indonesia berjalan secara damai dan alamiah. Hal ini disebabkan karena kehadiran islam tidak merubah struktur sosial yang sudah ada bahkan mengadopsi sistim sosial itu guna kepentingan internalisasi islam seperti pemanfaatan sebagai primus interpares sehingga mubaligh yang datang ke Indonesia waktu itu juga harus melengkapi dirinya dengan wibawa kepemimpinan di atas yaitu wibawa spiritual dan temporal.

Kebebasan yang diberikan islam terhadap ummat manusia untuk menganutnya tidak serta merta memberikan kebebasan kepada mereka untuk merekayasa ajaran islam melalui selera mereka. Inilah kritik yang dilancarkan oleh ulama-ulama di Indonesia terhadap kehadiran ahmadiyah terutama ahmadiyah qadiyani. Sepanjang aliran ini hanya bersinggungan dengan perkembangan pemikiran yang tidak berkenan dengan bangunan dasar islam yaitu aqidah, maka dapat dipastikan bahwa ummat islam Indonesia akan memberikan toleransi terhadapnya. Akan tetapi karena menyinggung aspek bangunan dasar, maka tidak dapat dielakan munculnya reaksi terhadapnya sejak awal abad 20 yang lalu dan terus berlanjut sampai sekarang. Hal itu menunjukkan bahwa pada setiap kebebasan selalu ada rambu-rambu yurisdikasi yang membatasinya guna menjaga keaslian dan kesinambungan ajaran islam bagi generasi kemudian.

Tidak dapat disangkal bahwa telah terjadi kemajemukan sosial di dalam kehidupan ummat manusia. Oleh karena itu, islam sebagaimana yang telah berjalan di Indonesia menganut konsep toleransi yaitu dengan jalan melakukan klasifikasi terhadap tiga macam bentuk persaudaraan seagama, sebangsa dan sesama ummat manusia. Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap muslim harus menyadari bahwa ia hidup dalam realitas kehidupan sosial yang majemuk dan oleh karena itu ia disatu sisi harus memiliki keyakinan akan kebenaran ajaran agama yang dianutnya dan pada saat yang sama ia harus memberikan penghargaan terhadap ajaran agama yang dianut oleh saudaranya yang lain. Dengan demikian pengakuan akan kesamaan kebenaran kebenaran agama ada pada tataran kehidupan sosial kenegaraan sedang pada kehidupan pribadi harus memiliki kebenaran yang absolute.

Sesuai dengan prinsip pendirian Indonesia sebagai Negara kebangsaan bahwa Negara memiliki jarak yang sama dengan semua warga negaranya dan demikian pula sebaliknya. Dalam kaitan inilah setiap agama yang berkembang di indonesia untuk masing masing berlomba memberikan kontribusinya bagi pembangunan indonesia di masa depan. Dengan perkataan lain, eksistensi agama-agama di indonesia akan sangat tergantung dari kontribusi mereka terhadap Negara-negara yang bersifat lintas agama maupun budaya.


Islam dan Demokratisasi di Indonesia Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment