Berbicara
masalah ilusi, ini adalah salah satu contoh gambar ilusi,, banyak contoh ilusi
seperti misalnya DEMOKRASI. adalah sistem pemerintahan negara yang ilusif.. kok
bisa? begini, ilusi itu dapat dilihat sesuai dengan sudut pandangnya. misal
dalam gambar tersebut sudut pandang orang yang bergigi dan orang yang ompong
masing-masing berbeda. orang bergigi melihat balok-balok dari sisi kiri,
sementara orang yang ompong melihat balok-balok dari sisi kanan. nah karena
balok-balok itu ilusi, maka pendapat masing-masing orang akan berbeda tentang
ilusi balok yang sedang mereka bicarakan itu. demikian juga dengan contoh ilusi
demokrasi, bagi orang yang memandang demokrasi dari sudut pandang anggota dewan
dan pejabat, demokrasi itu mensejahterakan. tapi jika dari sudut pandang rakyat
demokrasi itu menyengsarakan. nah,, loh sekarang pilih mana, demokrasi itu
menyejahterakan atau menyengsarakan..? jawabannya adalah sama persis dengan
gambar balok-balok tersebut. demokrasi adalah ilusi!
Sebuah
keniscayaan jika Banyak orang yang tertipu dengan system demokrasi.
Kesejahteraan rakyat dan kehidupan bertambah baik dari segala bidang,
Indonesia yang katanya akan lebih baik apabila menerapkan demokrasi
secara benar justru sebaliknya keterpurukan merajalela dari
baerbagai sektor. Rakyat semakin jauh dari kesejahteraan
yang seharusnya ia nikmati. Justru ironisnya Hanya segelintir masyarakat yang
dapat merasakan buah nikmat demokrasi. Mereka adalah elite
penguasa dan para pengusaha serta kalangan berpunya.
Jika
kita sepakat bahwa Suara rakyat adalah suara Tuhan’, rakyat yang seharusnya merasakan
hasil buah demokrasi, justru itu hanya menjadi tipuan yang memabukkan. Suara
rakyat bagaikan lahan empuk bagi mereka yang memiliki kepentingan dan hanya
dikeruk pada saat pemilihan umum berlangsung. Setelah semua itu usai,
suara rakyat tidak lagi diperhitungkan.
Sudah
menjadi rahasia umum jika dalam kepentingan politik rakyat selalu menjadi
korban, setelah proses pemilihan umum selesai, suara rakyat justru berubah
menjadi suara tuan. Tuan tuan itu adalah mereka para pemilik
modal, orang orang kaya yang telah menginvestasikan modalnya
untuk kepentingan politik dalam proses pemilihan umum baik untuk dirinya maupun
untuk para penguasa yang diusungnya.
Hal
ini berindikasi negative pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat, justru akan
terjadi pertentangan antara suara rakyat dengan wakil rakyat dan
penguasa. Satu contoh kecil, Ketika rakyat menginginkan
pendidikan murah, justru negara membuat Undang Undang yang mengarah
pada komersialisasi pendidikan. Saat rakyat ingin
mandiri, disisi lain Negara membuka kran impor. Begitu
rakyat ingin menikmati kekayaan alamnya, justru negara menjualnya
kepada asing. Paradok paradok seperti itu kian kasat mata
belakangan seiring pujian pujian asing bahwa Indonesia kian demokratis.
Kita
berharap semoga Indonesia terlepas dari para penguasa yang hanya menganggap
rakyat sebagai sapi perahan, menjadikan suara rakyat sebagai lahan untuk
mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi dan golongan semata. Semoga Rakyat
tidak lagi bermimpi untuk menikmati keadilan dan kesejahteraan di negeri yang
kaya ini.***
0 komentar:
Post a Comment