Keutamaan bulan
Ramadhan ini telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi saw dalam khutbah baginda,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam kitab Shahih-nya. Dalam
khutbahnya, baginda menegaskan, bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung dan
penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di
dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang
harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan
sunnah (tathawwu’). Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan
mengerjakan satu kebaikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah
wajib pada bulan lain. Siapa saja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka
nilainya sama dengan mengerjakan tujupuluh kebaikan di bulan yang lain.
Ramadhan juga bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan
juga bulan tolong-menolong (ta’awun), di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin
akan bertambah. Siapa saja yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa,
maka itu akan menjadi maghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api
neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa
mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.
Karena itu,
meski bulan Ramadhan ini tidak termasuk asyhurul hurum (bulan haram), tetapi
bulan ini memiliki keutamaan yang tiada duanya. Di bulan ini, Allah SWT telah
menurunkan al-Qur’an, sebagaimana dituturkan Allah dalam surat al-Baqarah: 185.
Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira’ adalah
Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (sebelum Hijrah) atau bulan
Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut syahr al-Qur’an (bulan
al-Qur’an).
Bulan ini juga
dijadikan oleh Allah SWT sebagai bulan puasa, dimana ummat Islam diwajibkan
untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan tersebut. Karena itu, bulan ini
juga disebut syahru as-shiyam. Allah pun menetapkan puasa dan al-Qur’an sebagai
pemberi syafaat pada Hari Kiamat (HR Ahmad, at-Thabrani dan al-Hakim). Tidak
hanya itu, malaikat pun akan memintakan ampunan untuk orang yang berpuasa
selama berpuasa hingga berbuka. Dan, Allah pun memberikan ampunan untuk mereka
di akhir malam bulan Ramadhan.
Di bulan ini,
Allah telah menjadikan salah satu malamnya, sebagai Lailatu al-Qadar, yaitu
satu malam yang nilainya lebih baik dibanding seribu bulan (Q.s. al-Qadar [97]:
1-5), tentu jika digunakan untuk melakukan amal shalih, seperti shalat, membaca
al-Qur’an, dzikir dan sebagainya. Maka, satu perbuatan baik yang dilakukan di
malam itu nilainya masih lebih baik ketimbang perbuatan yang sama dilakukan
selama seribu bulan. Itulah malam Lailatu al-Qadar, yang hanya ada di bulan
Ramadhan.
Nabi menuturkan,
“Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu
neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.” (HR al-Bukhari, Muslim,
an-Nasai dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, pahala perbuatan baik di bulan
Ramadhan juga dilipatgandakan oleh Allah. Melakukan satu amalan sunnah,
pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu amalan
fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena itu,
Nabi menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibn
‘Abbas, dituturkan, bahwa Nabi adalah orang paling dermawan, dan lebih dermawan
lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda saw. untuk mengecek
hapalan al-Qur’an baginda saw.
Wajar jika Nabi
pun memerintahkan wanita kaum Anshar untuk pergi berumrah di bulan Ramadhan.
Dituturkan dari Ibn ‘Abbas, Nabi pernah bersabda, “Jika tiba bulan Ramadhan,
maka berumrahlan kamu, karena umrah di bulan itu sama pahalanya dengan haji.”
Karena itu pula, para sahabat dan generasi kaum Muslim setelahnya menjadikan
bulan Ramadhan ini sebagai bulan jihad, selain karena perintah berjihad fi
sabilillah itu diturunkan pada bulan Ramadhan, juga banyak sekali kemenangan
yang ingin mereka raih di bulan suci ini, karena taqarrub mereka kepada Allah
SWT.
Tercatatlah
sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan. Tujuh belas bulan setelah
Hijrah, Nabi mengirim detasemen Hamzah yang membawa bendera pertama yang
diserahkan oleh baginda saw. Detasemen ini dikirim untuk menghadang rombongan
kaum Quraisy yang datang dari Syam menuju ke Makkah. Perang Badar Kubra yang
disebut dalam al-Qur’an sebagai Yaum al-Furqan (Hari Pembeda) meletus pada Hari
Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Jumlah pasukan kaum Muslim saat itu hanya 313, terdiri
dari 1 menunggang kuda, sisanya jalan kaki. Tercatat 14 di antara mereka
sebagai syuhada’ Badr. Sementara pasukan kaum Kafir Quraisy berjumlah 1000
orang; 80 orang pasukan berkuda, sisanya jalan kaki; 70 orang gugur, 70 lainnya
menjadi tawanan perang. Dalam peristiwa ini, pasukan kaum Muslim dibantu oleh
5000 malaikat (Q.s. Ali ‘Imran [03]: 125).
Di bulan suci
ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Makkah,
tepatnya pada bulan Ramadhan 8 H. Penaklukan kota Makkah ini juga disebut
penaklukan agung (al-fath al-a’dham). Kaum Kafir Quraisy pun berbondong-bondong
masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka Kafir Quraisy. Pada saat
itulah, turun perintah untuk menghancurkan berhala dari sekitar Ka’bah. Karena
itu, bulan Ramadhan juga dikenal sebagai syahru al-jihad wa al-intishar (bulan
Jihad dan Kemenangan).
0 komentar:
Post a Comment