Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Thursday, July 19, 2012

ATMOSFER POLITIK 2012

SEANDAINYA politik bisa dimatematikakan, tentu sangat mudah untuk mengukur akan seberapa panas perpolitikan Indonesia di tahun 2012 ini. Kendati demikian, stabilitas politik sepertinya belum akan terwujud mengingat berbagai persoalan yang terjadi sepanjang tahun 2011 masih banyak yang belum terselesaikan. Belum lagi nantinya pasti akan muncul persoalan-persoalan baru yang tak kalah ruwet mewarnai hiruk-pikuk politik yang tidak berkesudahan.

Fakta menunjukkan, beberapa permasalahan yang terjadi sepanjang tahun 2011 adalah “warisan” dari yang tidak terselesaikan di tahun-tahun sebelumnya. Kasus Bank Century misalnya, skandal ini timbul tenggelam akibat belum terselesaikan secara tuntas. Dan bukan tidak mungkin menjelang Pemilu 2014, isu ini bisa dijadikan senjata politik oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menyerang lawan politiknya. Berbagai permasalahan lainnya juga masih banyak yang belum terselesaikan. Politik adalah lapangan pertarungan yang penuh dinamika, pertarungan-pertarungan kepentingan akan selalu menyertainya. Berbagai persoalan akan terus bermunculan, hanya saja yang dibutuhkan adalah problem solving yang tepat agar permasahalan bisa terpecahkan dan tidak berlarut-larut.

Ada beberapa hal yang perlu dicermati dari situasi politik Indonesia sepanjang tahun 2011 yang bisa dipakai sebagai indikator untuk memprediksi situasi politik di tahun 2012. Pertama, setiap tahunnya publik tentu berharap adanya perubahan pada kondisi kehidupan mereka menjadi lebih baik. Masyarakat sangat berharap pada para pembuat kebijakan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang bisa melepaskan mereka dari berbagai belenggu persoalan kehidupan sosial. Apa yang terlihat selama 2011 adalah ketidakmampuan para elite-elite politik untuk “memuaskan” hati masyarakat. Harapan publik tidak mampu dikelola dengan baik. Ini terlihat dari banyaknya kritikan dan hujatan yang dialamatkan pada lembaga-lembaga negara yang dianggap tidak mampu menunjukkan kinerja yang baik.

Semua yang dipertontonkan oleh lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif selama 2011 adalah hal yang jelas-jelas lebih banyak tidak baiknya di mata publik. Tiga lembaga yang menjadi harapan publik ini justru ikut menambah runyam situasi. Berbagai kasus korupsi yang mewabah di DPR membuat citra lembaga ini tidak pernah baik sepanjang tahun 2011, bahkan semenjak reformasi bergulir.

Belum lagi berbagai lemahnya kinerja eksekutif juga ikut menambah kekecewaan masyarakat. Berbagai kritikan ditujukan pada Presiden SBY karena dinilai tidak mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dialami negara. Bahkan ketika reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II digulirkan, yang muncul dari persepsi publik bukannya optimisme atau harapan akan terciptanya kinerja kepresidenan yang lebih baik, melainkan hujatan-hujatan karena kocok ulang kabinet dinilai hanya sebagai ajang bagi-bagi kursi kekuasaan antar partai koalisi.

Kemudian, berbagai survey yang dilakukan untuk mengukur tingkat kepuasan atau kepercayaan publik terhadap kinerja Presiden juga memperlihatkan hasil yang tidak baik. Bahkan beberapa hasil survey juga menunjukkan citra Presiden menurun drastis. Lembaga yudikatif juga tak kalah memprihatinkan. Kasus suap yang melibatkan para jaksa telah mencoreng citra penegakan hukum di Indonesia. Publik pun geram.

Ketika harapan publik tidak mampu diwujudkan atau dikelola dengan baik, maka wajah perpolitikan Indonesia akan semakin runyam seiring dengan meluasnya kekecewaan. Di tahun 2012, semangat baru harus diwujudkan untuk melakukan berbagai pembenahan agar rasa sakit hati masyarakat bisa terobati.

Kedua, permasalahan yang terakumulasi di tahun lalu akan berdampak besar pada situasi politik tahun ini. Stabilitas politik sangat sulit diwujudkan dari tahun ke tahun karena tidak adanya solusi cerdas untuk menyelesaikan berbagai masalah-masalah yang muncul. Akibatnya, Indonesia akan selalu diselimuti gemuruh badai politik yang datang silih berganti. Indonesia adalah negara yang tidak mampu mewujudkan dua hal penting antara stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi bangsanya. Di Venezuela, pertumbuhan ekonomi sangat mengesankan namun situasi politiknya kerap pula tidak stabil seperti Indonesia. Sementara di India, pertumbuhan ekonomi tidak terlalu baik, kendati demikian stabilitas politiknya sangat terjaga.

Jika membandingkan dengan apa yang terjadi di Indonesia, akumulasi dari persoalan kemiskinan, kekerasan sosial, pergulatan elite politik, korupsi, dan sebagainya, telah menjadi hal yang biasa dari tahun ke tahun. Maka harapan untuk terciptanya iklim politik yang harmonis ibarat mimpi di siang bolong.

Ketiga, jika di tahun 2011 ada beberapa tokoh yang masih malu-malu kucing untuk menyatakan diri akan maju sebagai kandidat calon presiden di Pemilu 2014, maka di tahun 2012 ini sifat malu-malu kucing akan disingkirkan dan para tokoh-tokoh politik akan lebih berani untuk mendeklarasikan diri sebagai kandidat. Ini dikarenakan jarak waktu penyelenggaraan Pemilu yang tidak begitu lama lagi sehingga persiapan harus dilakukan sejak dini untuk memperbesar kekuatan politik. Sebutlah Yusril Ihza Mahendra, secara terang-terangan mengaku akan maju pada Pilpres 2014 mendatang, walaupun masih belum mau membeberkan nama partai yang akan mengusungnya.

Situasi juga semakin dinamis dengan munculnya partai-partai baru yang akan ikut meramaikan persaingan politik. Kemudian, beberapa partai yang tergusur akibat tidak mampu mencapaiparliamentarty threshold di Pemilu 2009 juga mulai merapat ke partai-partai yang masih berdiri kokoh di ranah politik. Bahkan ada pula partai yang tidak hanya sekedar berkoalisi, namun memustuskan untuk melebur atar merger dengan partai besar.

Pertarungan antar partai akan semakin sengit untuk meraih simpati publik. Jika di tahun 2011 persaingan antar partai berkuasa dengan partai oposisi tidak terlalu ketat, besar kemungkinan di tahun 2012 partai oposisi akan lebih berani untuk menyerang partai lawan. Sementara di pihak lain, partai berkuasa juga tidak akan tinggal diam dan pasrah menghadapi citranya menjadi buruk akibat manuver-manuver politik dari partai lawan. Strategi bertahan sambil menyerang akan dipakai untuk berusaha tetap survive dalam pergulatan politik.

Kelemahan kinerja lembaga-lembaga politik dan berbagai masalah yang terakumulasi akan membuat situasi semakin runyam di 2012. Bahkan di antara mereka yang geram dengan kondisi carut-marut yang berkepanjangan mulai menyuarakan people power untuk mengganti rezim. Jika ini nantinya terjadi, atmosfer politik sungguh akan sangat panas. Masyarakat yang frustasi menghadapi kondisi kehidupan yang sangat memprihatinkan akan dengan mudah disulut kemarahannya untuk turun ke jalan menyuarakan tuntutan. Reaksi atas ketidakpuasan pun semakin meluas.

Ditambah lagi pergulatan elite-elite politik yang tentunya tidak mungkin tidak ada dalam politik. Banyak pihak juga meramalkan bahwa tahun 2012 adalah tahun manuver politik secara terang-terangan dan akan menyerang pihak lawan secara terbuka. Ini mungkin saja dilakukan untuk meraih modal politik sebesar-besarnya. Modal politik yang dimaksud di sini juga termasuk rusaknya image politik pihak lawan. Partai oposisi bisa memanfaatkan isu-isu sexy tertentu untuk melakukan serangan. Apalagi ketika partai-partai politik telah mendeklarasikan siapa tokoh yang akan diusung menjadi kandidat presiden. Maka pertarungan semakin ketat dan panas.

Politik bukanlah matematika. Apa yang akan terjadi di 2012 memang tidak bisa ditebak, tetapi dengan beberapa indikator yang disebut di atas nampaknya stabilitas politik belum akan terwujud. Padahal dengan adanya stabilitas politik, maka target-target lain seperti pertumbuhan ekonomi atau kemakmuran bangsa bisa diwujudkan dengan mudah. Apabila semua pihak bersinergi untuk melakukan pembenahan terhadap situasi sosial dan politik bukan tidak mungkin berbagai permasalahan seperti kemiskinan atau korupsi bisa tertangani dan dicari jalan keluarnya.

Dalam bukunya yang berjudul Political Man, Seymour Martin Lipset berpendapat bahwa “Pemecahan ketegangan satu demi satu mendukung stabilitas politik, sedangkan akumulasi persoalan-persoalan yang tidak terselesaikan mengakibatkan atmosfir politik yang penuh kepahitan dan frustrasi.” Untuk itu, permasalahan-permasalahan yang ada harus dicarikan jalan keluarnya, bukan disingkirkan atau disembunyikan, agar stabilitas politik bisa terwujud. Namun yang jelas, cerita di tahun lalu akan bersambung di tahun 2012 ini. Akhir kata: Ayu Ting Ting jualan manggis, yang penting situasi politik harmonis.

ATMOSFER POLITIK 2012 Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

1 komentar: