Sesungguhnya
kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman, artinya, "Dan datanglah sakaratul maut yang
sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS.
Qaaf:19)
Adakah orang
yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan
azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah
ditentukan?
Mengapa manusia
takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas
padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal
anda mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?
Hakikat Kematian
Adalah salah
bila ada orang yang mengira bahwa kematian itu hanya ke-fana-an semata dan ketidak-adaan
secara total yang tidak ada kehidupan, perhitungan, hari dikumpulkan,
kebangkitan, surga atau neraka padanya!! Sebab andaikata demikian, tentulah
tidak ada hikmah dari penciptaan dan wujud kita. Tentulah manusia semua sama
saja setelah kematian dan dapat beristirahat lega; mukmin dan kafir sama,
pembunuh dan terbunuh sama, si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku
keta'atan dan maksiat sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan
keji dan ahli takwa sama.
Pandangan
tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang mereka itu lebih
buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti ini hanyalah orang yang
telah tidak punya rasa malu dan menggelari dirinya sebagai orang yang bodoh dan
'gila.' (Baca: QS. At-Taghabun:7, QS. Yaasiin: 78-79)
"Orang-orang
yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS.At-Taghabun:
7)
"Dan dia
membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata:
"Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur
luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk." (QS. Yaasiin: 78-79)
Kematian adalah
terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan
pemberian tempo pun terputus.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima taubat
seorang hamba selama belum sekarat." (HR. At-Turmu-dzi dan Ibn Majah,
dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)\
Kematian Merupakan Musibah Paling
Besar!!
Kematian
merupakan musibah paling besar, karena itu Allah ubhanahu wata’ala menamakannya
dengan 'musibah maut' (Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta'atan
didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan
bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan
melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia
lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Allah ubhanahu wata’ala dan memulai amal
shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS.
Fushshilat: 24, QS. Al-Mu'minun: 99-100)
"Jika
mereka bersabar [menderita azab] maka nerakalah tempat diam mereka dan jika
mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang
yang diterima alasannya.(QS. Fushshilat: 24)
"[Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu], hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku [ke dunia] agar
aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan."(QS. Al-Mu'minun:
99-100)
Ingatlah Penghancur Segala
Kenikmatan!!
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda,"Perbanyaklah
mengingat penghancur kenikmatan (maut)," (HR. At-Tirmidzi, hasan
menurutnya).
Imam Al-Qurthubi
rahimahullah berkata, “Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, “Perbanyaklah
mengingat penghancur kenikmatan”, merupakan ucapan ringkas tapi padat,
menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab,
orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan
yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di
masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya,
sekalipun hal itu masih memungkinkannya.
Namun jiwa yang
beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para
penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya
ucapan beliau tersebut dan firman Allah ubhanahu wata’ala dalam surat Ali
'Imran ayat 185, (artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati") sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!”
Siapa Orang Yang Paling Cerdik?
Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah
seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, siapakah
manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka
yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka
itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan
kemuliaan akhirat."(HR. Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Faedah Mengingat Kematian
Di antara faedah mengingat kematian
adalah:
·
Mendorong
diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
· Memperpendek
angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang
angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
·
Menjauhkan
diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.
·
Menyugesti
keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.
·
Meringankan
seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.
·
Mencegah
kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.
·
Mendorong
untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.
· Melunakkan
hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan
mengusir keinginan hawa nafsu.
·
Mengajak
bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim.
·
Mendorong
sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan orang lain.
Perkataan Orang-Orang Bijak
Al-Qurthubi
rahimahullah berkata, “Umat sepakat bahwa kematian tidak memiliki
usia tertentu, masa tertentu dan penyakit tertentu. Hal ini dimaksudkan agar
seseorang senantiasa waspada dan bersiap-siap menghadapinya.”
Yazid
Ar-Raqqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya, “Celakalah engkau
wahai Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah mati? Siapa
yang berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang memohon ridha Allah untukmu
setelah mati? Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan meratapi diri sendiri
dalam sisa hidup kamu? Siapa yang dicari maut, kuburan jadi rumahnya, tanah
jadi kasurnya dan ulat jadi teman dekatnya, lalu setelah itu ia akan menunggu
lagi hari kecemasan yang paling besar; bagaimana kondisi orang yang seperti ini
nanti.?” Beliau (Yazid-red) pun kemudian menangis.
Ad-Daqqaq
rahimahullah berkata, “Siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia
akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat; Mendapatkan kepuasan hati;
dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang lupa akan kematian, maka ia akan
disiksa dengan tiga hal: Menunda untuk bertaubat; Tidak merasa cukup dengan
yang ada dan malas beribadah.”
Al-Hasan
Al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kematian ini telah
merusak kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya. Karena itu, carilah
kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”
Faktor-Faktor Pendorong Mengingat
Kematian
· Ziarah
kubur. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Berziarah kuburlah kamu,
sebab ia dapat mengingatkanmu akan akhirat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud,
dishahihkan Syaikh Al-Albani)
·
Melihat
mayat ketika dimandikan.
· Menyaksikan
orang-orang yang tengah sekarat dan menalqinkan mereka dengan kalimat syahadat.
·
Mengiringi
jenazah, shalat atasnya serta menghadiri penguburannya.
· Membaca
Al-Qur'an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan akan kematian dan sakratul maut
seperti ayat 19 surat Qaaf.
·
Uban
dan Penyakit. Kedua hal ini merupakan utusan malaikat maut kepada para hamba.
· Fenomena
alam yang dijadikan Allah ubhanahu wata’ala untuk mengingatkan para hamba akan
kematian seperti gempa, gunung meletus, banjir, badai dan sebagainya.
·
Membaca
berita-berita tentang umat-umat masa lalu yang telah dibinasakan oleh maut.
Semoga Allah
Subhanahu wata’ala menutup akhir hayat kita dengan Husnul Khatimah dan menerima
semua amal shalih kita, Amin.
0 komentar:
Post a Comment