Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Friday, June 29, 2012

URGENSI MENGINGAT KEMATIAN

Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, artinya, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS. Qaaf:19)
Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan?
Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal anda mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?
Hakikat Kematian
Adalah salah bila ada orang yang mengira bahwa kematian itu hanya ke-fana-an semata dan ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, perhitungan, hari dikumpulkan, kebangkitan, surga atau neraka padanya!! Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada hikmah dari penciptaan dan wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian dan dapat beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta'atan dan maksiat sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli takwa sama.
Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang mereka itu lebih buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti ini hanyalah orang yang telah tidak punya rasa malu dan menggelari dirinya sebagai orang yang bodoh dan 'gila.' (Baca: QS. At-Taghabun:7, QS. Yaasiin: 78-79)
"Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS.At-Taghabun: 7) 
"Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (QS. Yaasiin: 78-79)
Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR. At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)\
Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!
Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Allah ubhanahu wata’ala menamakannya dengan 'musibah maut' (Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta'atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Allah ubhanahu wata’ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS. Fushshilat: 24, QS. Al-Mu'minun: 99-100)
"Jika mereka bersabar [menderita azab] maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya.(QS. Fushshilat: 24)
"[Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu], hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku [ke dunia] agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan."(QS. Al-Mu'minun: 99-100)
Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda,"Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)," (HR. At-Tirmidzi, hasan menurutnya). 
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan”, merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.
Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Allah ubhanahu wata’ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati") sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!”
Siapa Orang Yang Paling Cerdik?
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat."(HR. Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Faedah Mengingat Kematian
Di antara faedah mengingat kematian adalah:
·         Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
·   Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
·         Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.
·         Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.
·         Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.
·         Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.
·         Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.
·    Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu.
·         Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim.
·         Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan orang lain.
Perkataan Orang-Orang Bijak
Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Umat sepakat bahwa kematian tidak memiliki usia tertentu, masa tertentu dan penyakit tertentu. Hal ini dimaksudkan agar seseorang senantiasa waspada dan bersiap-siap menghadapinya.”
Yazid Ar-Raqqasyi rahimahullah berkata kepada dirinya, “Celakalah engkau wahai Yazid! Siapa orang yang akan menggantikan shalatmu setelah mati? Siapa yang berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang memohon ridha Allah untukmu setelah mati? Wahai manusia! Tidakkah kamu menangis dan meratapi diri sendiri dalam sisa hidup kamu? Siapa yang dicari maut, kuburan jadi rumahnya, tanah jadi kasurnya dan ulat jadi teman dekatnya, lalu setelah itu ia akan menunggu lagi hari kecemasan yang paling besar; bagaimana kondisi orang yang seperti ini nanti.?” Beliau (Yazid-red) pun kemudian menangis.
Ad-Daqqaq rahimahullah berkata, “Siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga hal: Segera bertaubat; Mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah. Dan siapa yang lupa akan kematian, maka ia akan disiksa dengan tiga hal: Menunda untuk bertaubat; Tidak merasa cukup dengan yang ada dan malas beribadah.”
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kematian ini telah merusak kenikmatan yang dirasakan para penikmatnya. Karena itu, carilah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya.”
Faktor-Faktor Pendorong Mengingat Kematian
·     Ziarah kubur. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Berziarah kuburlah kamu, sebab ia dapat mengingatkanmu akan akhirat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
·         Melihat mayat ketika dimandikan.
·    Menyaksikan orang-orang yang tengah sekarat dan menalqinkan mereka dengan kalimat syahadat.
·         Mengiringi jenazah, shalat atasnya serta menghadiri penguburannya.
·    Membaca Al-Qur'an, terutama ayat-ayat yang mengingatkan akan kematian dan sakratul maut seperti ayat 19 surat Qaaf.
·         Uban dan Penyakit. Kedua hal ini merupakan utusan malaikat maut kepada para hamba.
·       Fenomena alam yang dijadikan Allah ubhanahu wata’ala untuk mengingatkan para hamba akan kematian seperti gempa, gunung meletus, banjir, badai dan sebagainya.
·         Membaca berita-berita tentang umat-umat masa lalu yang telah dibinasakan oleh maut.
Semoga Allah Subhanahu wata’ala menutup akhir hayat kita dengan Husnul Khatimah dan menerima semua amal shalih kita, Amin. 

URGENSI MENGINGAT KEMATIAN Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment