Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Saturday, April 7, 2012

Pejuang VS Peselancar Politik


Menurut hukum tantangan dan jawaban (challenge and response); Pejuang adalah orang yang demi kepentingan umum memberikan jawaban maksimal terhadap tantangan yang dihadapinya. Pejuang yang lengkap adalah orang yang dalam perjuangannya menciptakan sesuatu nilai juang dari yang tidak ada menjadi ada, dari ada menjadi menang dan besar. Pejuang yang mulia adalah orang yang tidak mengharapkan sesuatu setelah perjuangannya mencapai kemenangan, sebab yang dicarinya hanyalah kepuasan bathiniah (inner satisfation).
Contoh signifikan pejuang-pejuang mulia ini adalah:
1. Ir. Soekarno & Sri Sultan Hameng Kubuwuno IX (Indonesia).
Penulis tidak akan membahas beliau, karena saudara/i pasti sudah mengetahui bagamana perjuangan beliau sampai negara ini merdeka dan lepas dari cengkeraman penjajah.
2. Mohandes Karamchand Gandhi (India)
Beliau berjuang dengan gigih sampai titik darah penghabisan demi bangsa dan negara India yang merdeka. Setelah India merdeka, beliau sama sekali tidak memiliki ambisi pribadi untuk menjadi presiden, perdana menteri, ataupun hanya sekedar menteri. Gandhi patut (deserved) sekali digelari Mahatma (semacam "Santo" dalam agama Katolik).
3. Che Guevara (Kuba)
Jenderal purnawirawan yang juga menjadi tuan tanah ini, gemar sekali pasang bongkar yunta militer. Setelah Revolusi Kuba dimenangi oleh Che Guevara dan Fidel Castro. Che Guevara memercayakan kepemimpinan Kuba kepada Fidel Castro. Sedang beliau sendiri melanjutkan perjuangannya untuk menyebarluaskan Marxisme kenegara-negara lainnya di Amerika Latin.
Perlawanan terhadap rezim penindas (dalam maupun luar negeri), biasanya dimulai dengan riak-riak perlawanan yang membesar. Dan semakin lama menjadi gelombang-gelombang perlawanan. Seperti di Indonesia, riak-riak perlawanan intelektual Boedi Oetomo (!908) membesar menjadi perlawanan politik 1928. Dan klimaksnya menjadi gelombang perlawanan politik-fisik revolusi 1945-1948. Para perintis/pelopor perjuangan tersebut akhirnya digelari sebagai The Founding Father (pendiri), The Fathers of  the Nation (Bapak Bangsa) dan sebagainya.
Mengapa gerakan reformasi sekarang ini seringkali (selalu) tidak jelas? Jawabannya, karena reformasi 1998 digerakkan oleh diantaranya kalangan peselancar politik (diluar kalangan mahasiswa yang memang bukan politisi). Kalangan peselancar ini memang tidak dikenal sebelumnya sebagai penggerak riak-riak perlawanan menjadi gelombang-gelombang perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Kalau dalam sepak bola, peselancar politik ini ibarat pemain yang tidak mau capai dan kerjanya hanya mondar-mandir dekat gawang untuk menunggu diberi umpan atau bola muntah.
Peselancar politik tidak (mau) tahu, apa itu riak maupun gelombang perlawanan! Pokoknya setelah terjadi gelombang perlawanan mulai memuncak dan mendekati kemenangan, mereka muncul dengan tiba-tiba dan menganggap bahwa merekalah penggerak dari riak-riak dan gelombang perlawanan tersebut.
Dalam percaturan politik, peselancar politik ini adalah oportunis atau streber.
Disaat keadaan negara seperti ini (ketidak pastian/lemahnya hukum, kasus demi kasus menumpuk, dll), mana gerakkan mereka? Walaupun ada, saat ini mereka bergerak sendiri-sendiri!
Oleh karena itu, penulis hanya memberi masukkan kepada Tokoh Lintas Agama, adik-adik mahasiswa (BEM dan HMI), rekan-rekan aktivis, rekan-rekan LSM, rekan-rekan buruh, saudara/i kaum petani dan nelayan. Marilah kita galang kekuatan dengan cara menyatukan visi, misi dan aksi untuk menuntut penyelesaian kasus demi kasus, menyelamatkan aset-aset negara ini (BUMN, sesuai dengan Pasal 33 UUD '45) dari tangan asing dan antek-anteknya (kaum/negara kapitalis dan neo-liberalis) yang berasal dari bangsa kita sendiri, dan demi memperjuangkan hak-hak kita.
Mari kita berjuang bersama, demi anak cucu kita kelak, demi bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik!


Pejuang VS Peselancar Politik Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment