Menurut hukum tantangan dan jawaban (challenge
and response); Pejuang adalah orang yang demi kepentingan umum memberikan
jawaban maksimal terhadap tantangan yang dihadapinya. Pejuang yang lengkap adalah
orang yang dalam perjuangannya menciptakan sesuatu nilai juang dari yang tidak
ada menjadi ada, dari ada menjadi menang dan besar. Pejuang yang mulia adalah
orang yang tidak mengharapkan sesuatu setelah perjuangannya mencapai
kemenangan, sebab yang dicarinya hanyalah kepuasan bathiniah (inner
satisfation).
Contoh signifikan pejuang-pejuang mulia
ini adalah:
1.
Ir. Soekarno & Sri Sultan Hameng Kubuwuno IX (Indonesia).
Penulis tidak akan membahas beliau,
karena saudara/i pasti sudah mengetahui bagamana perjuangan beliau sampai
negara ini merdeka dan lepas dari cengkeraman penjajah.
2.
Mohandes Karamchand Gandhi (India)
Beliau berjuang dengan gigih sampai
titik darah penghabisan demi bangsa dan negara India yang merdeka. Setelah
India merdeka, beliau sama sekali tidak memiliki ambisi pribadi untuk menjadi
presiden, perdana menteri, ataupun hanya sekedar menteri. Gandhi patut (deserved)
sekali digelari Mahatma (semacam "Santo" dalam agama Katolik).
3.
Che Guevara (Kuba)
Jenderal purnawirawan yang juga menjadi
tuan tanah ini, gemar sekali pasang bongkar yunta militer. Setelah Revolusi
Kuba dimenangi oleh Che Guevara dan Fidel Castro. Che Guevara
memercayakan kepemimpinan Kuba kepada Fidel Castro. Sedang beliau sendiri
melanjutkan perjuangannya untuk menyebarluaskan Marxisme kenegara-negara
lainnya di Amerika Latin.
Perlawanan terhadap rezim penindas (dalam
maupun luar negeri), biasanya dimulai dengan riak-riak perlawanan yang
membesar. Dan semakin lama menjadi gelombang-gelombang perlawanan. Seperti di
Indonesia, riak-riak perlawanan intelektual Boedi Oetomo (!908) membesar
menjadi perlawanan politik 1928. Dan klimaksnya menjadi gelombang perlawanan
politik-fisik revolusi 1945-1948. Para perintis/pelopor perjuangan tersebut
akhirnya digelari sebagai The Founding Father (pendiri), The Fathers of
the Nation (Bapak Bangsa) dan sebagainya.
Mengapa gerakan reformasi sekarang ini
seringkali (selalu) tidak jelas? Jawabannya, karena reformasi 1998 digerakkan
oleh diantaranya kalangan peselancar politik (diluar kalangan mahasiswa yang
memang bukan politisi). Kalangan peselancar ini memang tidak dikenal sebelumnya
sebagai penggerak riak-riak perlawanan menjadi gelombang-gelombang perlawanan
terhadap rezim Orde Baru. Kalau dalam sepak bola, peselancar politik ini ibarat
pemain yang tidak mau capai dan kerjanya hanya mondar-mandir dekat gawang untuk
menunggu diberi umpan atau bola muntah.
Peselancar politik tidak (mau) tahu, apa
itu riak maupun gelombang perlawanan! Pokoknya setelah terjadi gelombang
perlawanan mulai memuncak dan mendekati kemenangan, mereka muncul dengan
tiba-tiba dan menganggap bahwa merekalah penggerak dari riak-riak dan gelombang
perlawanan tersebut.
Dalam percaturan politik, peselancar
politik ini adalah oportunis atau streber.
Disaat keadaan negara seperti ini (ketidak
pastian/lemahnya hukum, kasus demi kasus menumpuk, dll), mana gerakkan mereka?
Walaupun ada, saat ini mereka bergerak sendiri-sendiri!
Oleh karena itu, penulis hanya memberi
masukkan kepada Tokoh Lintas Agama, adik-adik mahasiswa (BEM dan HMI),
rekan-rekan aktivis, rekan-rekan LSM, rekan-rekan buruh, saudara/i kaum petani
dan nelayan. Marilah kita galang kekuatan dengan cara menyatukan visi, misi dan
aksi untuk menuntut penyelesaian kasus demi kasus, menyelamatkan aset-aset
negara ini (BUMN, sesuai dengan Pasal 33 UUD '45) dari tangan asing dan
antek-anteknya (kaum/negara kapitalis dan neo-liberalis) yang berasal dari
bangsa kita sendiri, dan demi memperjuangkan hak-hak kita.
Mari kita berjuang bersama, demi anak
cucu kita kelak, demi bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik!
0 komentar:
Post a Comment