Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Saturday, March 3, 2012

TRAGEDI KULTUR BANGSA

Seharusnya peningkatan status ekonomi yang dinyatakan membaik tiap tiap tahun harus diimbangi peningkatan kecerdasan sosial. Jika daya ekonomi menguat sementara kecerdasan tetap jongkok maka bagaikan manusia yang tidak pernah mampu memakai wc duduk. Status kecerdasan akan tetap rendah sehingga mudah sekali terjerumus kepada satu penyakit yang disebarkan oleh pemegag ekonomi global dari negeri paman Sam yakni “hedonis – konsumtif”.
Kekawatiran itu sudah dilontarkan almarhum proklamator Sukarno melalui pidato pidatonya yang mengemukakan keburukan kapitalisme yang punya sifat terburuk yakni menganggap manusia adalah konsumen. Manusia adalah makluk pemakan produksi apapun yang dibuat para kapitalis yang memang memiliki sifat suka kerja keras dan sangat hemat. Sementara para konsumen dipeliharana diajari untuk menusia pembelanja yang hebat. Seolah olah dengan keyakinan “emo ergo sum” (saya belanja maka saya ada), maka kebahagiaan bisa didapatkan. Padahal selama nasfu menjadi sebuah pertumbuhan yang terus menerus smeakin besar maka bukan kebahagiaan yang didapat namun justru mudah stres, gelisah dikejar kejar utang yang harus dibayar tiap bulan yang jika mangkir akan didatangi penagih hutang yang sering bertampang dan berlogat biacara kasar mengancam.
Betapa mudahnya sekarang orang bikin kartu kredit yang berbahaya menjadi penjerat hidup.Segala barang bisa dibeli dengan system kredit. Terasa enak menggesek saja untuk memenuhi hasrat atau nafsunya terhadap benda benda duniawi. Tanpa disadari hidup para penghuni kelas menengah Indonesia yang meingkat tajam jumlahnya sebenarnya secara vertikal merangkak tanpa pijakan nilai nilai kehidupan yang cerah. Maka mereka justru menjadi kelas menengah yang kritis karena akan mudah menjadi miskin ketika krisis ekonomi datang.
Banyak contoh berseliwern betapa tidak cerdasnya kelas menengah yang sedang dibangun para globalis dunia. Adakah para globalis menawarkan bea siswa pendidikan bagi pencerdasan bangsa? Rasanya itu mustahil sebab itu akan menyulitkan mereka sendiri. Beasiswa akan diberikan dengan memilih anak anak muda yang lahir dari kalangan atas atau kaum pedagang besar sehingga setelah selesai kuliahnya akan pulang membawa lisensi perusahaan dan membuka usaha menjadi cabang saja. Bukan menjadi seorang pekerja ulet yang mampu membuka usaha murni hasil karya sendiri sehingga tidak harus bergantung ke negeri luar atau sponsornya. Untuk itu mereka mempengaruhi sedemikian rupa sehingga sekolah di negeri ini terus mahal agar orang miskin tidak bisa sekolah dan kebodohannya tetap bisa dipelihara.
Inilah yang ku maksud dengan tragedi kultur bangsa yang semakin parah. Negeri yang kaya akan kekayaan alam namun tidak mampu mengolah sendiri dalam arti memang rakyat sengaja tidak dimampukan. Sejak masuk taman kanak kanak sudah dijauhkan dari kemampuan mengembangkan daya kreatifitas dan inoivatif nya.  Yang diajarkan adalah daya beli yang harus kuat bahkan sampai untuk mendapat nilai bagus harus tau caranya membeli. Oleh karenanya ketika ada anak anak tingkatan sma/smk mampu merakit atau membuat mobil maka serentak mendapat tantangan besar. harus  mendapat uji kelayakan dululah dsb dsb sehingga memakan proses lama. Apapun hasilnya semestinya pemerintah melindungi sambil menanamkan kebanggaan. Tapi lagi lagi para globalis kawatir dan berusaha mempengaruhi pejabat kita untuk menghambat kemajuan putra putri bangsa ini. Dan jika mereka tersingkir wajarlah karena mereka bukan pelajar anak orang kaya yang sudah dikuasai para kapitalis yag takut barang import akan berkurang karena tumbuh kesadaran akan kebanggaan terhadap hasil anak negeri sendiri. Tidak boleh ada nasionalisme dalam percaturan globalisme. Nasionalisme musuh besar bagi para globalis.
Jika ada seorang walikota mendukung hasil karya anak negeri, maka ia akan mendapat tantangan besar dari atasan2nya yang jabatannya akan mendapat peringatan keras dari para globalis internasonal. Namun jika hanya sebagai perakit dari mobil keluaran pabrik pabrik milik para kapitalis dunia; itu tidak akan mengganggu mereka. Maka pemeliharaan terhadap kelas menengah yang keropos perlu ditingkatkan. Kelabilan kelas menengah Indonesia harus dipertahankan. Ciri ciri kelas menengah labil adalah manusia manusia yang lekas puas diri, suka dipuji, tidak jalan nalarnya, mudah dipengaruhi sehingga mereka akan bangga mengikuti ajaran bahwa “the costumer is king”.
Tragedi kultural sedang berjalan bahkan makin cepat. Bangsa seperti inikah yang akan menghadapi pemilu presiden 2014? Bangsa yang hanya mampu melihat bahwa hidup perlu duit sehingga duit sudah menjadi sila pertama yang harus selalu diamalkan. Bangsa yang keropos inikah yang akan memilih dan dipilih menjadi anggota DPR? Wakil wakil rakyat yang kecerdasan sosialnya rendah telah terbukti tak mampu bebruat yang seharusnya sebagai wakil rakyat. Lihatlah polah tingkat anggota DPR 2009-2014 ini? Seharusnya ketua partai apapun sadar bahwa mereka harus mampu memberikan pendidikan politik kepada pendukungnya. Politik cerdas sangat dibutuhkan untuk hari hari ke depan.

TRAGEDI KULTUR BANGSA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment