1.
Menemukan Variabel
Konstan Empirik Rasional
Durkheim mengetengahkan
perubahail evolusioner dari mekhanik menjadi organik. pembagian kerja yang sernula kaku merinci menjadi lebih
luwes Tata sosial yang semula kaku menjadi luwes. Lebih
lanjut Homans mengetengahkan teori tukar-menukar (exchange
theory). Power untuk memerintah
dimiliki oleh orang yang mampu memberi hadiah iebih besar dan hersedia menerima imbalan yang Iebih kecil. Peter Blau
(1964) mengembangkan
lebih lanjut teori Homans. Power yang dilegitimasikan lewat undanp-undan2 atau lewat standar lain yang
disepakati akan menjadi otoritas untuk mengatur Clan mernerintah.
Dalam perkembangan selanjutnya, di
masyaiakat ada kekuatan yang berupaya menjaga Keseimbangan
struktur sosial, di lain fihak ada yang berupaya menggoyahkan.
Pengalaman Saidun Fiddarcini mengajar Bahasa
Arab, menemukan variabel empirik konstan, yaitu masalah
peran syakal atau tanda baca. Pada umumnya
orang membaca dahulu, barulah berupaya memahami isinya. Urutan membaca dahulu baru mengerti isinya dalam
disertasi Saidun Fiddaroini menjadi
variabel konstan empirik konstan, dan sekaligus rasional.
2.
Berangkat dari Asusmsi
Penulis dalam buku Kapita Selekta Penehtian
(1981) mengutip basil penelitian Medley (1979) yang melacak sejarah
penelitian ter,tang efektivitas guru. Tanpa memahami core konstan
pada setiap kurun waktu, Medley tidak akan dapat menampilkan hasil
pelacakan antarwaktu. Pada tahun 1930-an
penelitian para ahli tentang guru yang efektif berada pada core konstan: sifat kepribadian seperti sifat kooperatif,
daya tank pribadi, kepemimpinan, dan sejenisnya. Pada kurun waktu
lain penelitian para ahli terpusat pada metoda mengajar. Pada kurun
waktu lain terpusat pada penguasaan materi yang diajarkan. Apa telaah
Medley? Upaya penelitian dan penyusunan kurikulum pendidikan guru
ternyata dipengan.ihi oleh asumsi dasarnya.
Pada tahun 1930an, orang berasumsi bahwa keberhasilan guru mendidik tergantung pada kepribadiannya. Pada kurun
lain para All berasumsi bahwa persiapan pendidikan guru
hendaknya mengutamakan penguasaan metoda mengajar. Pada kurun waktu
lain para ahli berasumsi bahwa penguasaan materi ajar menentukan
kesuksesan mendidik anak. Perkembangan micro
teaching diberangkatkan dari asumsi bahwa interaksi guru-siswa dan interaksi siswa-siswa menjadi faktor
dominan kesuksesan
3.
Mengkonsumsi Skema Rasional
Ada dua teori perubahan sosial, yaitu teen
perkembangan sirkuler yang tradisional, yang juga dianut oleh
Pareto, dan teori perkembangan progresif dari Max Weber. Hasil
observasi di masyarakat tentang perubahan sosial,
diinterpretasikan berbeda antara kedua teori tersebut. Pada teori sirkuler bukannya mengartikan bahwa perubahan itu
berputar bak roda pedati, melainkan berubah dengan kualitas yang mungkin lebih
tinggi; jadi bukan sirkuler murni,
melainkan spiral. Sedang pada teori progresif, masyarakat itu maju terus dalam pola dialektik. Penulis dalam buku Teori Perubahan
Sosial (1982)menampilkan sintesis antara keduanya dengan variabel
konstannya: kualitas inovasinya.
Core korstan penelitian disertasi penulis
adalah: karakteristik opinion leader. Dan core tersebut penulis
mengkonstruk skema rasional penulis bahwa:
opinion leader itu ada pada jenjang manapun, pada lapisan sosial paling bawwh sampai jenjang paling atas.
4.
Meta Analisis
Mengkonstruk ;kema rasional secara teknis
prosedural dapat ditemui modelnya
pada prosedur kerja
meta-analisis, yaitu waktu mengkombinasikan dan
lebih-lebih pada waktu mengkonstruk hubungan komplementatifantarberbagai
hasil penelitian.
Meta-analisis sebagai prosedur kerja
menyatukan berbagai hasil menjadi satu
analisis baru, mulai d[kenal pada tahun 1976 dengan publikaci Lamb dan kVhitla yang mengadakan meta-analisis
clan 6 hasil penelitian, yang pada tahun 1982 dibuat meta-analisis dari
120 hasil penelitian.
a.
Rintisan
Meta Analisis
b.
Sistematisasi
c.
Rintisan
prosedur meta analisis
d.
Perekaman
hasil-hasil penelitian
e.
Menguji
hasil penelitian
f.
Heterogenitas
5.
Dari Modern ke Post Modern
Berfikir modem adalah berfikir iasional Secara
konvensional "rasional" adalah
Tinier, hirarkhik, konvergen, berdasar otoritas sentral, da: legal Atas pemikiran seperti itu maka teori-teori yang
berkembang berupaya membuat interpretasi tentang
yang diobservasi dalam model berfikir seperti itu. Teori yang ditampilkan oleh para futurolog terrnasuk menar
ik, seperti culture shock dari Toiler, The Third Wave dari
Toffler pula, tentang Post-Industrial Society
dart Daniel Bell, tentang masyarakat post-kapitalis dari Peter Drucker, tentang Culture Shift dari Inglehart, dan
juga Global Paradoks dart John Naisbitt. Kesemuanya itu
secara substantif telah menampilkar_ pemikiran postmodern, tetap1
metodologi berfikirnyamasih beragam, sebagian
masih linier, legal, dan sebagian memang sudah divergen
dan dekonstruk.
0 komentar:
Post a Comment