Islam secara
etimologis berarti: tunduk, patuh, pasrah, berserahdiri, damai, selamat, sejahtera.
Yaitu agama yang mengajarkan kita untuk tunduk patuh, pasrah berserahdiri
kepada Allah Yang Maha Esa, damai dan mendamaikan sesama, selamat dan
menyelamatkan dan sejahtera dan menyejahterakan.
Islam
adalah agama RASIONAL, yang melarang pengikutnya mengikuti sesuatu yang tidak
didasarkan ilmu dan akal sehat. Islam adalah agama yang menghormati pikiran
kritis, bahkan keraguan pun bukanlah sesuatu yang buruk pada dirinya selama itu
lahir dari proses pencarian. Keraguan adalah jembatan emas tapi tempat tinggal yang
buruk. Seburuk2 manusia adalah mereka yang tidak berusaha mencintai [mencari
dan tunduk kepada] kebenaran. Penghuni neraka, seburuk2 tempat tinggal, adalah
mereka yang tidak mau mendengar [Kebenaran] dan tidak menggunakan akalnya.
Islam
adalah agama CINTA, yaitu cinta kepada KEBENARAN [AL HAQ yang merupakan salah
satu nama dari nama-nama Allah yang indah], cinta kepada sesama dan cinta
kepada ciptaan Allah yang merupakan ayat-ayat Allah, petunjuk menuju Allah.
Iman adalah cinta yang sangat kepada Allah. Islam menolak dogma,
fanatisme buta dan taqlid buta terhadap tradisi orang tua
dan budaya yang TIDAK didasarkan pada ilmu dan petunjuk dari Allah.
Agama
Islam adalah agama yang menyadarkan manusia akan asal usul mereka yang satu,
mempersatukan manusia, mempersaudarakan mereka dan mendamaikan manusia
serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
(HUMANIS]. Islam tidak membedakan antara satu manusia dg manusia lainnya
[EGALITER].
Islam
menghargai keragaman suku-bangsa sebagai tanda kebesaran Allah dan menyadari
bahwa keragaman pemahaman dan keyakinan sebagai hal niscaya yang merupakan
akibat alami dari proses 'menjadi' [PERUBAHAN]. Oleh karena itu, keragaman
agama dan keyakinan hendaknya disikapi dengan respek terhadap proses dan
tahapan pencapaian dan juga sebagai ujian siapa yang paling baik amalnya
[PLURALIS].
Problem
terbesar umat Islam adalah keterasingan mereka dari ajaran Al-Qur'an. Al-Qur'an
tidak dikaji dan diamalkan perintahnya, terutama perintah Al Qur'an untuk
memperhatikan,merenungkan dan memikirkan ayat kauniyah-Nya di alam semesta
dengan mengembangkan iptek dan ilmu humaniora. Ayat Al Qur'an yang membicarakan
ritual hanya kurang-lebih 3% sedang 97% lainnya membahas fenomena alam
[geologi, astronomi dll] dan masyarakat [sejarah, ekonomi, sosial dan politik].
Tetapi umat Islam hanya berkutat pada yang 3% mengabaikan yang 97%. Mereka
habiskan waktu untuk berdebat dalam hal-hal yang sepele/khilafiah [yang 3%] dan tidak
menyentuh langsung kehidupan sehari-hari. Mereka terjebak
pertengkaran antar mazhab yang jumud karena tertutupnya pintu ijtihad. Hal-hal ritual yang seharusnya sudah final dan tidak diperlukan
ijtihad lagi didalamnya, terus menerus menyita perhatian umat, yang akibatnya
membuat mereka terbelakang dibidang iptek, ekonomi, sosial dan politik.
Seharusnya ijtihad diarahkan kepada pengembangan iptek, ilmu ekonomi, sosial,
sejarah, politik dll yang relevan dengan fungsi
kekhalifahan manusia dimuka bumi. Makna ulama dipahami secara sempit hanya
terbatas dalam bidang ilmu agama [fiqh,ilmu tafsir, ilmu hadist dan turunannya
masing-masing].
0 komentar:
Post a Comment