Kredibillitas seorang pemimpin dinilai dari
jawaban yang ia berikan sebagai solusi atas dasar kemampuannya Berpikir
Kristis. Berpikir Kritis adalah berpikir yang didasarkan kepada konsep
koreksi diri dan kepada prinsip-prinsip, bukan pada prosedur yang keras, cepat,
atau langkah-demi-langkah. Berpikir Kritis tidak hanya menggunakan logika
(baik formal ataupun, lebih sering, informal), akan tetapi menggunakan kriteria
intelektual yang luas seperti kejelasan, kredibilitas, akurasi, presisi,
relevansi, kedalaman, keluasan, signifikansi.
Berpikir Kritis merupakan elemen penting
dari semua bidang profesional dan disiplin akademik (dengan memberikan
referensi masing-masing set-set pertanyaan yang sah, sumber-sumber bukti,
kriteria, dll). Dalam kerangka skeptisisme ilmiah, proses berpikir kritis
melibatkan kehati-hatian dalam mengakuisisi interpretasi dan informasi serta
menggunakannya untuk mencapai kesimpulan yang benar dengan baik.
Konsep dan prinsip-prinsip berpikir kritis
dapat diterapkan untuk setiap konteks atau kasus tetapi hanya dengan
mencerminkan sifat dari terapan itu.
Bentuk pemikiran kritis, oleh karena itu adalah sebuah sistem yang terkait dan saling tumpang tindih cara-cara berpikir seperti berpikir antropologis, sosiologis, historis, politis, psikologis, filsafat, matematis, kimiawi, biologis , ekologis, hukum, etis, musik, seni, insinyur, bisnis, dll Dengan kata lain, meskipun prinsip-prinsip berpikir kritis adalah universal, penerapannya untuk disiplin-disiplin membutuhkan proses kontekstualisasi yang reflektif.
Bentuk pemikiran kritis, oleh karena itu adalah sebuah sistem yang terkait dan saling tumpang tindih cara-cara berpikir seperti berpikir antropologis, sosiologis, historis, politis, psikologis, filsafat, matematis, kimiawi, biologis , ekologis, hukum, etis, musik, seni, insinyur, bisnis, dll Dengan kata lain, meskipun prinsip-prinsip berpikir kritis adalah universal, penerapannya untuk disiplin-disiplin membutuhkan proses kontekstualisasi yang reflektif.
Pemikiran kritis dianggap penting dalam
bidang akademik karena memungkinkan seseorang untuk menganalisa, mengevaluasi,
menjelaskan, dan merestrukturisasi pemikiran mereka, sehingga mengurangi resiko
mengadopsi, bertindak atas atau berpikir dengan keyakinan yang palsu. Namun,
bahkan dengan pengetahuan tentang metode mempertanayakan dan menalarkan secara
logis, kesalahan dapat disebabkan ketidakmampuan seseorang untuk menerapkan
metode oleh karena ciri-ciri karakter misalnya egosentrisme.
Berpikir kritis meliputi identifikasi akan
suatru prasangka, bias, propaganda, penipuan diri, distorsi, kesalahan informasi,
dll. Mengingat penelitian dalam bidang psikologi kognitif, beberapa
pendidik meyakini bahwa pendidikan sekolah harus berfokus pada pengajaran siswa
dalam keterampilan Berpikir Kritis serta pembudidayaan sifat intelektual.
0 komentar:
Post a Comment