Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Thursday, February 9, 2012

BANGSA YANG BERINGAS (Intropeksi Bersama Untuk Indonesia Yang Lebih Baik)

Akhir-akhir ini telah  banyak kita menyaksikan kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita dalam menyikapi setiap persolan yang terjadi. Aksi-aksi menuntut hak dan menyampaikan aspirasi melalui demontrasi tidak jarang berakhir bentrokan  dan aksi anarkis. Mahasiswa-mahasiswa hari ini lebih suka anarkis dan tawuran daripada cara-cara dialogis yang damai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi baik dilingkungan kampus maupun persolan pemerintahan, sehingga hampir semua stasiun televisi memberitakan berita tawuran, demontrasi yang anarkis, dan pembunuhan. Fenomena kekerasan sudah menjadi menu sajian berita empuk yang kita tonton di pagi hari sambil sedikit menyeruput kopi hangat, kita sudah tidak lagi alergi, phobi, dan merasa mengerikan bila mendengar kasus kekerasan dan tawuran yang terjadi.
Dalam kasus sengketa tanah, persidangan, penerimaan jatah makan, atau pembelian tiket tidak jarang kita menemukan kekerasan dan tawuran antar massa, bahkan berlarut-larut sehingga menjadi dendam yang terus membara apabila disulut oleh persolan kecil akan meluluh lantakkan semua yang ada. Dalam pelaksanaan pilkada tidak jarang kita melihat dan mendengar kasus-kasus kekerasan yang dilakukan oleh sebagian pendukung calon tertentu yang menyebabkan tawuran, merusak dan membakar pasilitas umum, dan merugikan semua orang. Di lingkungan mahasiswa dalam setiap aksi demontrasi kekerasan dan anarkisme sudah menjadi cara yang paling ampuh untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada sehingga banyak sekali kasus-kasus pembakaran mobil dinas, perusakan pagar gedung, penyanderaan, dan berbagai kasus kekerasan lainnya. Bukan itu saja, perbedaan klasik seperti masalah keyakinan tidak luput dari pembakaran tempat-tempat ibadah, membakar hak milik warga dan menelantarkan anak dan keluarganya.
Ibu pertiwi bersedih dan berlinang air mata melihat itu semua, merasa menyesal melahirkannya menjadi generasi-generasi yang anarkis, suka tawuran dan beringas. Apakah ini karakter kita atau kita telah berubah menjadi bangsa yang beringas?. Dimanakah karakter keindonesiaan kita?, yan g menjunjung tinggi toleransi, menghargai perbedaan, ramah,  suka menolong sesame dan bergotong royong, menjunjung sportivitas, apakah lenyap oleh kepentingan sesaat kita?. Inilah yang harus kita intropeksi bersama.
Pembangunan karakter menjadi topic hangat dalam kegiatan-kegiatan seminar baik di bidang pendidikan, politik, maupun ekonomi. Karakter ke indonesiaan kita sebagai bangsa yang berbudaya, telah hilang tergerus oleh zaman individualistic dan materialisme. Bangsa ini tidak lagi menjadi bangsa pejuang, kerja keras penuh semangat, suka damai, bergotong royong  dan toleransi yang tinggi,  namun berubah menjadi  bangsa pemalas, pengecut, suka kekerasan dan tawuran, pemarah dan beringas. Karenanya pembangunan karakter keindonesiaan sangat penting dan mendesak untuk menghadapi tantangan yang terus berubah sehingga menjadi bangsa yang berbudaya kuat dan unggul dalam competisi global.
Karachter building yang menjadi issu sentral dunia pendidikan kita harus didukung oleh semua elemen bangsa, terutama keluarga yang membentuk kepribadian anak. Mewujudkan carachter manusia pancasilais yang menjunjung sporitivitas, menghargai perbedaan, suka menolong dan saling memaafkan adalah carakter bangsa yang dimpikan, sehingga tidak ada lagi kasus kekerasan  dan kerusuhan terjadi. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi intropeksi bersama dan menjadi saran untuk Indonesia yang lebih baik.

BANGSA YANG BERINGAS (Intropeksi Bersama Untuk Indonesia Yang Lebih Baik) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment