Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Saturday, January 21, 2012

Urgensi Keteladanan (Telaah Indonesia Hari ini)

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama yang diturunkan ke Bumi , ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Pemimpin merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk memberikan komando atau arahan kepada orang-orang yang telah memberikan kepercayaan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan harapan pemberi kepercayaan tersebut akan lebih baik nasibnya dibandingkan dari kepemimpinan sebelumnya. Peran pemimpin dalam suatu organisasi secara mikro dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan kwalitas kehidupan kerja para bawahan, yang pada akhirnya keberhasilan bawahan ini secara makro akan mempengaruhi tingkat prestasi organisasi. Sebab perilaku organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut.
Dengan modal tindakan sederhana, kita melihat para pemimpin yang menjanjikan harapan perubahan.Ambil contoh Antanas Mockus, dulunya adalah rektor sebuah universitas di Kolombia, lantas terjun sebagai politisi hingga sukses terpilih sebagai wali kota Bogota.
Berangkat ke kantor dan pulang kerja setiap hari Mockus naik sepeda.Tidak ada tujuan yang ingin dicapai kecuali sekadar menunjukkan ada cara lain bertransportasi di Bogota yang kelewat macet dan penuh polusi. Dia tidak cari muka, tidak pula sok-sokan.Kebiasaannya yang bersahaja, jauh berbeda dengan politisi lain itu, mengantar Mockus terpilih sebagai wali kota Bogota selama dua periode. 
Selama jadi wali kota, Mockus tidak pernah menanggalkan kebiasaannya bersepeda ke kantor. Di Inggris, James Cameron, waktu masih menjadi anggota parlemen, setiap harinya bersepeda ke kantor. Dalam kampanye sebagai calon perdana menteri, dia mengajak masyarakat untuk aktif menggunakan sepeda, jalan kaki, serta naik transportasi massal. Apa yang dia sampaikan pada saat kampanye dia contohkan dalam kehidupan sehari-hari hingga akhirnya terpilih sebagai perdana menteri Inggris. 
Di Indonesia, ketika Dahlan Iskan naik kereta rel listrik dan ojek untuk mengikuti rapat kabinet di Istana Bogor,banyak pujian positif berdatangan. Dahlan dianggap bersedia melihat akar sebuah persoalan langsung ke sumbernya dan mengalami sendiri. Dahlan tidak hanya menunggu laporan dari bawahan. Moto Dahlan menggugah semangat banyak orang untuk selalu kerja, kerja,dan kerja. Wali Kota Solo Joko Widodo tidak mau lagi memakai mobil dinas Toyota Camry yang nyaman. 
Demi penghargaan terhadap hasil karya anak bangsa, Joko memilih membeli mobil rakitan siswa sekolah menengah kejuruan di Solo. Langkah Joko menuai pujian banyak pihak. Belakangan,muncul usulan agar Dahlan Iskan dan Joko Widodo maju dalam kontestasi pemilihan pemimpin di kancah yang lebih besar. Dahlan Iskan dipandang layak bertarung dalam pemilihan presiden. 
Sementara Joko Widodo disebut potensial sebagai gubernur Jawa Tengah maupun DKI Jakarta. Pilihan-pilihan yang diambil keempat pemimpin di atas menjadi contoh sederhana betapa memberi teladan itu penting bagi publik. Mengambil tindakan sesuai akal sehat masyarakat juga tidak kalah penting.Kuncinya komunikasi dengan publik, bahwa apa yang dikatakan diteruskan dengan tindakan. Kadang kala, para pemimpin kita lupa contoh-contoh yang sederhana ini. 
Berkampanye siap memimpin dengan jujur, nyatanya masih korupsi.Kampanyenya mengaku punya keahlian dan kapabilitas, nyatanya bukti di lapangan tidak ada.Padahal, dalam komunikasi dengan publik,apa yang disampaikan itu baru permulaan.Tingkah laku, tindakan, dan keputusan akan lebih diingat dibandingkan dengan ucapan. Barangkali benar seperti yang dikatakan guru manajemen Peter Drucker, leader is who that make things happen. 
Pemimpin adalah seseorang yang menjadikan sesuatu terwujud dalam kenyataan. Publik mengharapkan sosok yang memiliki kredibilitas. Ada lima inti kredibilitas yang seharusnya dimiliki untuk bisa menjadi teladan. Lima yang penting itu adalah keyakinan dan komitmen, integritas, keberanian serta kemauan bertanggung jawab, keahlian,dan profesionalitas. Sifat-sifat seperti itulah yang akan menghasilkan karakter kuat dan tangguh. Karakter yang diyakini akan mampu menghasilkan rencana menjadi kenyataan.Dahlan Iskan dan Joko Widodo sadar sepenuhnya hal ini.●       

Urgensi Keteladanan (Telaah Indonesia Hari ini) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment