Semua makhluk hidup pasti akan mati, tetapi itu bukan akhir
dari segalanya. bahkan ini adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya,
kehidupan yang abadi. di sana manusia tinggal menerima risiko dari apa yang
dilakukannya selama hidup di dunia. Pada akhirnya hanya ada dua pilihan
ekstrim, ditempatkan di surga dan merasakan hidup penuh kebahagiaan tanpa
batas. Atau sebaliknya, ditempatkan dineraka dan menderita
selamanya tanpa batas. Inilah risiko terberat bagi perjalanan hidup manusia. Tidak
yang lebih berat dari itu.
Selama di Dunia kita mungkin mengalami berbagai kegelapan,
tetapi itu hanya sementara. Kalau kita gagal meraih keuntungan hari ini, besok
kita masih bisa meraihnya. Kalau kita tidak lulus ujian sekolah, kita bisa
memperbaikinya dengan mengikuti ujian perbaikan. Kalau kita tidak naik pangkat
tahun ini, tahun depan atau tahun depannya lagi kita bisa mendapatkannya,
asalkan ajal belum datang menjemput kita. Tetapi begitu datang kematian, tidak
ada lagi kesempatan untuk memperbaiki catatan amal kita. Tidak mungkin kita
kembali ke dunia walaupun kita sangat menginginkannya.
Sebagian manusia terlena oleh kehidupan dunia ini. Mereka menganggap
bahwa hidup itu hanya di dunia ini saja dan kemudian mengisinya dengan sekedar
bersenang-senang, makan minum, pesta-pesta, hiburan, musik, film, dan fishion. Menikmati
hidup, kata mereka. Mereka tidak menyadari ada kehidupan sesudah mati. Mereka itulah
yang akan merasakan penyesalan yang luar biasa ketika tiba saat kematian. “alangkah baiknya kiranya aku dahulu
mengerjakan amal saleh untuk hidup ini”. (Al-Fajr[89]:24).
Begitulah ucapan orang-orang yang tidak menyangka bahwa
mereka akan memasuki kehidupan yang abadi, kehidupan yang sebenarnya. Segala kesenangan
yang mereka nikmati di dunia tidak ada artinya dibandingkan penderitaan yang
akan mereka tanggung. Mereka akan mendapati kehidupan dari waktu kewaktu dengan
segala penderitaan yang tidak akan pernah berakhir.***
0 komentar:
Post a Comment