Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Sunday, July 22, 2012

SIAPA PENDAMPING ABURIZAL BAKRIE?

SIAPA yang akan menjadi pendamping Aburizal Bakrie (Ical) di Pilpres 2014? Sejumlah nama sudah terlanjur muncul dari pemberitaan banyak media massa. Rasa penasaran publik pun sangat tinggi. Sebelum Ical mendeklarasikan sendiri siapa tokoh yang akan mendampinginya pada Pilpres 2014, publik akan terus berspekulasi. Bahkan, semakin hari, nama-nama yang muncul bisa semakin bertambah. Sebaliknya, nama-nama tersebut bisa terus berkurang manakala pihak-pihak yang namanya masuk dalam “daftar isu” membantah kesediannya maju bersama Ical.

Belakangan, yang santer terdengar adalah Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) akan berduet dengan Ical. Aneka media massa begitu marak memberitakan isu duet dua tokoh beda generasi ini. Baik dari pihak Ical maupun Ibas, belum memberi pernyataan resmi bahwa keduanya akan berduet sebagai pasangan capres/cawapres. Walaupun belum ada kepastian, bukan tidak mungkin, melalui tawar-menawar politik yang canggih antara kedua belah pihak, duet itu akan menjadi nyata.

Saat ini, Partai Demokrat tidak punya tokoh yang punya pengaruh kuat seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Selain itu, tidak ada satupun kader Partai Demokrat saat ini yang punya popularitas awal yang baik. Tidak ada tokoh dengan kharisma awal yang mengesankan. Kendati saat ini setidaknya menurut beberapa survei popularitas SBY terus merosot, tetapi SBY punya popularitas dan kharisma yang cukup baik saat awal hendak maju dalam Pemilu 2004 bersama kendaraan politik barunya, Partai Demokrat.

Tetapi, saat ini kondisinya sudah jauh berbeda. Tidak ada lagi tokoh Partai Demokrat yang punya popularitas awal dan kharisma yang kuat di mata publik. Terpaan isu korupsi juga telah menurunkan elektabilitas partai. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum tidak punya pengaruh yang mengakar di level DPP, DPW, DPD maupun DPC. Di tingkat DPP, terjadi fragmentasi politik yang melemahkan posisi Anas.

Konflik di internal partai mengindikasikan bahwa Anas tidak cukup punya pengaruh dan wibawa yang kuat. Sementara di level DPC, kasus penghadangan oleh kader-kader Partai Demokrat di Ternate menjadi bukti nyata bahwa Anas gagal menancapkan pengaruh yang mengakar. Apalagi saat ini Anas juga tengah tersandera isu suap dan dikait-kaitkan dengan korupsi wisma atlet. Meskipun belum ada bukti yang bisa membuat Anas menjadi tersangka, namun nama Anas sudah terlanjur cacat dalam pandangan publik. Popularitas Anas terus memburuk.

Sungguh sulit bagi Anas untuk mendeklarasikan dirinya maju sebagai capres di tengah konflik internal yang mengancam posisinya dan isu suap yang terus menggerogoti popularitasnya. Oleh sebab itu, karena saat ini tidak ada tokoh yang kuat, bukan tidak mungkin Partai Demokrat akan “mengawinkan” Ical dan Ibas. Tinggal mendapat restu dari SBY dan banyak kader berpengaruh lainnya, Ibas akan “naik pelaminan” di Pemilu 2014 bersama Ical.

Selain Ibas, tokoh lain yang masuk “daftar isu” adalah Sultan Hamengku Buwono X. Sultan merupakan sosok populer di mata publik dan punya pengaruh yang kuat. Sultan juga punya kewibawaan yang masih terjaga sebagai seorang negarawan. Dan, yang lebih penting, Sultan belum mengalami cacat nama seperti kebanyakan politisi-politisi lainnya, misalnya karena terjerat kasus mafia pajak atau perusahaan yang dimiliki Sultan menimbulkan malapetakan yang berugikan rakyat.

Tetapi Sultan belum pasti bersedia mendampingi Ical. Menurut Sultan, masih terlalu dini untuk membuat keputusan. Sikap Sultan ini, bisa saja ditafsirkan masih “malu-malu kucing” atau memang sama sekali tidak bersedia menjadi pendamping Ical sebagai cawapres. Tidak adanya jawaban yang konkret dari Sultan, membuat publik luas penasaran. Seandainya Sultan memang tidak bersedia, tentu ia akan memberi jawaban tegas. Karena pernyataan Sultan masih belum tegas dalam merespon isu duetnya dengan Ical, lagi-lagi publik akan berspekulasi. Seperti memprediksi pertandingan sepak bola.

Memang terlalu dini bagi Ical untuk mendeklarasikan pendampingnya. Lagian, terlalu dini pula bagi tokoh yang dipinangnya memberikan jawaban yang menyatakan kesepakatannya mendampingi Ical. Butuh kalkulasi politik yang mendalam dan akurat. Kalkulasi itu dilakukan oleh Ical, juga oleh tokoh yang dipinangnya. Ical tentu tidak mau salah pilih. Kalau pendamping yang dipilih tidak mampu mendongkrak popularitas dan dukungan, Ical sendiri yang rugi. Sebaliknya, Sultan atau Ibas, misalnya, jika tergesa-gesa membuat keputusan, baik itu misalnya menerima atau menolak, tentu ada risiko dan konsekuensi politiknya.

Jika Ibas saat ini menyatakan diri bersedia mendampingi Ical, tentu akan ada kontrak politik yang harus disepakati. Kontrak politik itu, misalnya terdapat kesepakatan bahwa Partai Demokrat tidak akan mengajukan kadernya sebagai capres pada Pilpres 2014. Jika keputusan itu dibuat sekarang, tentu akan menutup pintu Partai Demokrat untuk mengusung kadernya. Siapa tahu saja, menjelang Pilpres, tiba-tiba muncul sosok dari internal Partai Demokrat yang punya popularitas tinggi dan kharisma yang menawan dan cocok untuk diusung sebaga capres. Tetapi karena terikat kontrak politik, kader potensial tersebut mau tidak mau harus duduk di bangku cadangan.

Mengingat fenomena politik selalu penuh dinamika, sering berubah-ubah dalam waktu yang singkat dan kerap membuat kejutan, bisa saja yang mendampingi Ical adalah Ibas, bisa juga Sultan, atau bisa juga bukan kedua-duanya. Tanpa disangka, karena politik itu selalu membuat kejutan yang tidak pernah disangka sebelumnya, yang mendampingi Ical justru adalah tokoh yang selama ini tidak pernah masuk ke dalam “daftar isu”.

Sebagai contoh, menjelang Pemilu 2009, publik dibuat penasaran atas siapa tokoh yang akan mendampingi SBY. Tanpa disangka, yang dipinang oleh SBY adalah bukan sosok yang populer atau dikenal publik luas saat itu. Sekali lagi, karena politik itu penuh kejutan, bisa saja yang digandeng Ical adalah Bambang Pamungkas atau Chris John. Mungkin saja.

SIAPA PENDAMPING ABURIZAL BAKRIE? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment