Teringat dengan
sebuah buku yang ditulis oleh A. Riawan Amin "the Celestial Management",
ada sebuah sub bab yang beliau beri judul "Militan: Berani Mati dan
Terlatih" yang sangat menarik untuk kita jadikan ibroh.
"Siapapun yang
menentang kedzoliman adalah sahabatku," kata Ernesto Che Guevara. Dengan
semangat itulah, Che berjuang melawan penindasan di Cuba.
Che menjadi
legenda, melawan penindasan di Cuba, mengantarkan kemenangan pada revolusi
Cuba... Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya
yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan
berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan
sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum
muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak
oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup
borjuis kapitalisme, industri dan komunisme. Hingga kini masih banyak pemuda-pemuda
yang menjadikan Che sebagai idola perubahan.. (saya tidak menuliskan kisah Che
lebih detil sebab saya pikir tidak perlu mengambil pelajaran dari perjuangannya
kecuali hanya melihat militansinya saja.. anda bisa melihat biografi Che
dibanyak tulisan2 revolusi komunis atau serching saja di kakek google).
Sejarah yang tak
kalah luar biasanya dari kisah seorang yang memiliki militansi yang kuat adalah
Thoriq bin Ziyad seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Musa bin Nasir
seorang wali negara Khilafah di afrika utara, dia adalah Thoriq bin Ziyad...
selanjutnya Musa bin Nasir jugalah yang menugaskan Thoriq bin Ziyad untuk
membebaskan spanyol di dataran Eropa yang merupakan pintu menyebarnya islam di
eropa..
Saat tiba di
daratan pantai spanyol tahun 711 M, dari sini kisah militan itu bermula...
Thoriq bin ziyad berdiri di atas karang pantai spanyol yang kemudian hari di
namai jabal thoriq yang oleh berat disebut jibraltar... Saat itu thoriq
mengobarkan semangat jihad pasukan kaum muslimin... dan menyuruh pasukan untuk
membakar kapal-kapal mereka...
Pasukan keheranan,
bagaimana tidak pikiran mereka hanya tertuju pada, apabila kapal ini dibakar
maka kita hanya ada pilihan menang dengan kemuliaan atau mati dalam kesayaahidan...
pilihan lari ke belakang sdh tidak ada... sebagian pasukan mungkin mengerti hal
tersebut tapi bagaimana dengan sebagian yang lain masih mempertanyakan,
bagaimana cara kembali ke kampung halaman ???
"Kita
datang ke sini tidak untuk kembali. kita hanya mempunyai dua pilihan,
membebaskan negeri ini dan kemudian menetap di sini atau kita semua binasa di
tengah musuh" kata-kata Thoriq bin ziyad tersebut seperti mantra yang
menyihir pasukan.. apa tak lagi jawaban Thoriq bin Ziyad mematahkan kegalauan
beberapa pasukan yang tidak mau membakar kapal2 mereka, Thoriq bin Ziyad
berkata "Setiap negeri adalah kepunyaan Allah. di situ juga kampung
halaman kita" maka seketika itu juga.. pasukan tercambuk untuk maju dan
akhirnya kapal2 pun dibakar... Kini tidak ada pilihan kecuali maju,
serang, dan menang!
Che maupun
Thoriq bin Ziyad adalah pejuang militan yang siap menjadi martir bagi cita-cita
perjuangan... Namun meski sama-sama berdaya juang tinggi, militansi ala Thariq
memiliki tempat yang khusus. Karena militansi Thariq tumbuh subur dan
berkembang di atas ranah iman. Keimanan kepada Allah, Kitabullah, Rasulullah,
Surga dan Neraka yang lahir dari pemikiran mustanir itulah yang menjadi bahan
bakar yang tiada habis yang menyalakan api semangat perjuangan.
Militansi yang
tumbuh di atas iman akan terus tumbuh dengan zikir. Makin banyak mengingat Allah,
semakin yakin akan pertolongan-Nya. Karenanya, orang yang militan akan
konsisten menghadapi fase-fase perjuangan dan selalu berorientasi pada ghoyatul
ghoyah (tujuan di atas tujuan) mengaharapkan keridhaan Allah...
0 komentar:
Post a Comment