Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Friday, June 15, 2012

Militansi ala Thoriq bin Ziyad dan Che Guevara

Teringat dengan sebuah buku yang ditulis oleh A. Riawan Amin "the Celestial Management", ada sebuah sub bab yang beliau beri judul "Militan: Berani Mati dan Terlatih" yang sangat menarik untuk kita jadikan ibroh.
"Siapapun yang menentang kedzoliman adalah sahabatku," kata Ernesto Che Guevara. Dengan semangat itulah, Che berjuang melawan penindasan di Cuba.
Che menjadi legenda, melawan penindasan di Cuba, mengantarkan kemenangan pada revolusi Cuba... Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme. Hingga kini masih banyak pemuda-pemuda yang menjadikan Che sebagai idola perubahan.. (saya tidak menuliskan kisah Che lebih detil sebab saya pikir tidak perlu mengambil pelajaran dari perjuangannya kecuali hanya melihat militansinya saja.. anda bisa melihat biografi Che dibanyak tulisan2 revolusi komunis atau serching saja di kakek google).
Sejarah yang tak kalah luar biasanya dari kisah seorang yang memiliki militansi yang kuat adalah Thoriq bin Ziyad seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Musa bin Nasir seorang wali negara Khilafah di afrika utara, dia adalah Thoriq bin Ziyad... selanjutnya Musa bin Nasir jugalah yang menugaskan Thoriq bin Ziyad untuk membebaskan spanyol di dataran Eropa yang merupakan pintu menyebarnya islam di eropa..
Saat tiba di daratan pantai spanyol tahun 711 M, dari sini kisah militan itu bermula... Thoriq bin ziyad berdiri di atas karang pantai spanyol yang kemudian hari di namai jabal thoriq yang oleh berat disebut jibraltar... Saat itu thoriq mengobarkan semangat jihad pasukan kaum muslimin... dan menyuruh pasukan untuk membakar kapal-kapal mereka...
Pasukan keheranan, bagaimana tidak pikiran mereka hanya tertuju pada, apabila kapal ini dibakar maka kita hanya ada  pilihan menang dengan kemuliaan atau mati dalam kesayaahidan... pilihan lari ke belakang sdh tidak ada... sebagian pasukan mungkin mengerti hal tersebut tapi bagaimana dengan sebagian yang lain masih mempertanyakan, bagaimana cara kembali ke kampung halaman ???
"Kita datang ke sini tidak untuk kembali. kita hanya mempunyai dua pilihan, membebaskan negeri ini dan kemudian menetap di sini atau kita semua binasa di tengah musuh" kata-kata Thoriq bin ziyad tersebut seperti mantra yang menyihir pasukan.. apa tak lagi jawaban Thoriq bin Ziyad mematahkan kegalauan beberapa pasukan yang tidak mau membakar kapal2 mereka, Thoriq bin Ziyad berkata "Setiap negeri adalah kepunyaan Allah. di situ juga kampung halaman kita" maka seketika itu juga.. pasukan tercambuk untuk maju dan akhirnya kapal2 pun dibakar... Kini tidak ada pilihan kecuali  maju, serang, dan menang!
Che maupun Thoriq bin Ziyad adalah pejuang militan yang siap menjadi martir bagi cita-cita perjuangan... Namun meski sama-sama berdaya juang tinggi, militansi ala Thariq memiliki tempat yang khusus. Karena militansi Thariq tumbuh subur dan berkembang di atas ranah iman. Keimanan kepada Allah, Kitabullah, Rasulullah, Surga dan Neraka yang lahir dari pemikiran mustanir itulah yang menjadi bahan bakar yang tiada habis yang menyalakan api semangat perjuangan.
Militansi yang tumbuh di atas iman akan terus tumbuh dengan zikir. Makin banyak mengingat Allah, semakin yakin akan pertolongan-Nya. Karenanya, orang yang militan akan konsisten menghadapi fase-fase perjuangan dan selalu berorientasi pada ghoyatul ghoyah (tujuan di atas tujuan) mengaharapkan keridhaan Allah...

Militansi ala Thoriq bin Ziyad dan Che Guevara Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment