Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Thursday, March 8, 2012

TIKUS BERDASI, SUMBER MASALAH DI NEGERI INI

Suatu negeri sedang berkembang di kawasan Asian Tenggara sedang menghadapi suatu masalah besar. Sumber masalah itu sendiri sudah ada beratus-ratus tahun. Namun para petinggi negeri masih menganggapnya sebagai masalah kecil dan sepele jika dibandingkan begitu banyak masalah yang harus lebih diprioritaskan.
Sekarang persoalan kecil itu semakin membesar, semakin menumpuk, menggumpal bagaikan kawah api yang siap meledak. Persoalan itu adalah, ”TIKUS”.  Tikus berkembang biak dengan sangat luar biasa karena iklimnya memang memungkinkan mereka berkembang dengan aman. Mereka sekarang tidak hanya bermain di sekitar dapur, sawah, tumpukan sampah dan pasar-pasar tradisional, tetapi telah memperluas wilayah operasinya hingga ke pemukiman elite, super market, gudang bahan pangan, Industri makanan, bahkan telah berani masuk ke istana negeri tanpa tercium oleh para pengawal istana. Entah sudah berapa juta ton konsumsi yang sedianya diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia habis dilahapnya. Tidak terhitung berapa banyak kerugian negeri oleh ulah si kotor hitam itu.
Gerombolan tikus semakin lama semakin cerdik. Mereka tidak lagi takut pada kucing karena merasa derajat mereka sama saja, sama-sama pencuri. Bahkan kalau perlu mereka berkolaborasi walaupun pada akhirnya berselisih soal hasil curian.
Gerombolan tikus senantiasa belajar dari pengalaman. Mereka sudah sangat mengenal berbagai model perangkap tikus untuk tidak selalu terjebak. Mereka juga sangat hafal dengan aroma racun-racun tikus dan lem-lem tikus sehingga bisa membedakan mana curian yang aman dan mana yang bisa mematikan. Kalaupun ada yang terperangkap, itu hanyalah tikus-tikus kelas rendahan yang tidak perlu membuat gusar gerombolan tikus lainnya. Bagi tikus tidak berlaku hukum efek jera. Bagi tikus berlaku slogan yang lebih heroik, ”Mati satu, hidup seribu. Terperangkap satu, menjadi pengalaman bagi seribu tikus lainnya”.
Penguasa negeri telah mengambil sikap tegas untuk membasmi tikus dari yang paling besar hingga yang paling kecil, bahkan yang baru lahir dan masih berwarna merah pun harus dibasmi. Hanya kementerian kesehatan dan lembaga-lembaga riset yang keberatan. Bagi mereka keberadaan tikus masdih diperlukan sebagai obyek percobaan temuan-temuan riset. Namun kali ini penguasa negeri pengabaikan keberatan tersebut. Gerakan pembasmian tikus harus dilaksanakan sekarang, jika tidak mereka yang akan terus membasmi kehidupan negeri ini.
Penguasa negeri segera mengumumkan maklumat dan mengundang para cerdik pandai untuk memberikan gagasan dan pemikiran untuk melaksanakan gerakan pembasmian ini. Beribu-ribu proposal masuk. Ada usulan yang hanya bersifat parsial, ada juga usulan yang tidak memperhitungkan keselamatan mahluk lainnya, ada pula usulan yang biayanya tidak masuk akal, bahkan ada yang mengusulkan penggunaan teknologi nuklir. Akhirnya setelah melalui penilaian yang seksama dan ketat, ternyata hanya ada satu proposal yang agak rasional untuk dipresentasikan dihadapan penguasa dalam sidang agung terbuka untuk umum.
Walaupun telah berusia 70 tahun, mantan Panglima Perang itu cukup energik memaparkan proposalnya. ”Pemberantasan tikus secara massal dan total jangan hanya menjadi beban penguasa negeri. Seluruh rakyat harus dilibatkan tanpa terkecuali karena seluruh rakyat merasakan akibat kerusakan yang diakibatkan oleh ulah tikus.”

TIKUS BERDASI, SUMBER MASALAH DI NEGERI INI Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment