Kesejahteraan Rakyat, Antara Cita dan Realitas

Monday, March 5, 2012

MEMBONGKAR KONSPIRASI DAN DISTORSI SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Agama Islam di Indonesia masuk pada abad ke 13 dan dibawa oleh pedagang arab dari Gujarat India. Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam yang pertama. Kira-kira seperti itu doktrin sejarah yang kita pelajari sejak SD hingga SMA bahkan bangku kuliah. Pelajaran sejarah yang menjadi kurikulum departemen pendidikan nasional Indonesia yang bersumber dari orientalis Snouck Hurgronje, seorang warga Belanda berdarah Yahudi. Sebelum lebih jauh mengkaji sejarah msauknya Islam di Indonesia, terebih dahulu penulis ingin mengajak menelisik siapa sebenarnya Snouck dan apa perannya dalam proyek konspirasi ini. Tahun 1884 merebut hati ulama Mekkah, Snouck pura-pura memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Hal ini terungkap saat Snouck melakukan surat menyurat dengan gurunya Theodor Noldekhe, seorang orientalis Jerman terkenal. Dalam suratnya, Snouck menegaskan bahwa keIslamannya adalah permainan untuk menipu orang Indonesia demi mendapatkan informasi. Ia menulis “Saya masuk Islam hanya pura-pura. Inilah satu-satulnya jalan agar saya bisa diterima masyarakat Indonesia yang fanatic”. 
Temuan lain Koningsveld dalam surat Snouck mengungkap bahwa ia meragukan adanya Tuhan. Ini terungkap dari surat yang ia tulis pada pendeta Protestan terkenal Herman Parfink yang berisi, ‘Anda termasuk orang yang percaya pada Tuhan. Saya sendiri ragu pada segala sesuatu”.  Dr. Veld berkomentar tentang aktivitas Snouck: “Ia berlindung di balik nama “penelitian Ilmiah” dalam melakukan aktifitas spionase, demi kepentingan penjajah”. Veld yang merupakan peneliti Belanda yang secara khusus mengkaji biografi Snouck menegaskan, bahwa dalam studinya terhadap masyarakat Aceh, Snouck menulis laporan ganda. Ia menuliskan dua buku tentang Aceh dengan satu judul, namun dengan isi yang bertolak belakang. Dari laporan ini, Snouck hidup di tengah masyarakat Aceh selama tiga puluh tiga bulan dan ia pura-pura masuk Islam. Snouck juga menikahi 2 perempuan Indonesia yang ke semuanya merupakan anak ulama. Snouck melangsungkan perkawinannya dengan Sangkana, anak tunggal Raden Haji Muhammad Ta’ib, Penghulu Besar Ciamis. Dari perkawinannya itu terlahir empat orang anak, Salmah, Umar, Aminah, Ibrahim. Pada tahun 1895, Sangkana meninggal dunia, kemudian tahun 1898 Snouck mengawini Siti Sadiyah, putri Haji Muhammad Soe’eb, Wakil Penghulu kota Bandung. Pada tahun 1910 Snouck melangsungkan pernikahan dengan Ida Maria, putri Dr.AJ Oort, pendeta liberal di Zutphen, perkawinannya yang ketiga ini dilangsungkan di negeri Belanda. 
Dalam rentang waktu itu, ia menyaksikan budaya dan watak masyarakat Aceh sekaligus memantau perisriwa yang terjadi. Semua aktivitasnya tak lebih dari pekerjaan spionase dengan mengamati dan mencatat. Sebagai hasilnya ia menulis dua buku. Pertama berjudul “Aceh,” memuat laporan ilmiah tentang karakteristik masyarakat Aceh dan buku ini diterbitkan. Tapi pada saat yang sama, ia juga menulis laporan untuk pemerintah Belanda berjudul “Kejahatan Aceh.” Buku ini memuat alasan-alasan memerangi rakyat Aceh. Dua buku ini bertolak belakang dari sisi materi dan prinsipnya. Buku ini menggambarkan sikap Snouck yang sebenarnya. Di dalamnya Snouck mencela dan merendahkan masyarakat dan agama rakyat Aceh. Laporan ini bisa disebut hanya berisi cacian dan celaan sebagai provokasi penjajah untuk memerangi rakyat Aceh. 

Distorsi Sejarah Cara Memperlemah Islam
Snouck Hurgronje meletakkan dasar kebijakan politik Belanda untuk melakukan proyek deIslamisasi. Berdasarkan konsep Snouck, pemerintah kolonial Belanda dapat mengakhiri perlawanan rakyat Aceh dan meredam munculnya pergolakan-pergolakan di Hindia Belanda yang dimotori oleh umat Islam. Pemikiran Snouck -berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya- menjadi landasan dasar doktrin bahwa “musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai Agama, melainkan Islam sebagai Doktrin Politik”. Maka dimulailah proyek deislamisasi. Selama penjajahan hingga diwariskan setelah kemerdekaan Indonesia. Salah satunya menjauhkan Islam dari kebesaran masa lalu. Fakta bahwa Islam telah hadir lebih awal sebelum kebesaran kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia, pun diputar balikkan. Sehingga terkesan bahwa kehadiran Islam pada abad ke 13 justru menjadi penyebab lemah dan runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit dan kerajaan Budha Sriwijaya. Dan nahasnya, sejarah ini masih dipakai hingga saat ini tanpa upaya melakukan klarifikasi terhadap sejarawan Indonesa dengan sumber yang lebih banyak, bukan hanya dari Snouck Hurgronje.

Sejarah Masuknhya Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia selalu menjadi pembahsan hangat di kalangan para ulama, karena ada berbagai sumber dengan cerita berbeda. Apakah Islam dibawa oleh pedagang atau guru-guru tasawuf. Pun yang membawa Islam ke Indonesia masih menjadi kajian menarik. Apakah Islam dibawa oleh muslim dari Cina, Arab atau India?
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Indonesia. Pertama seperti telah dijelaskan di depan (teori Snouck Hurgronje), bahwa Islam dibawah oleh pedagang dari Gujarat India yang merupakan daerah penganut rasawuf. Kedua,Teori Makkah. Menurut Prof. Buya Hamka, Islam masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi. Sebagaiaman tertulis dalam berita Cina Dinasti Tang yang menjadi landasan teori tersebut. Tang menulis tentang ditemukannya daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai Barat Sumatera.  Hamka membantah teori Snouck bahwa Islam masuk pada abad 1275 melalui kerajaan Samudra Pasai. Ketiga, Teori Persia. Menurut Pfor Dr. Abubakar Atjeh mengikuti pandangan Djajadiningrat, Islam masuk dari Persia dan bemazhab Syi’ah. Namun teori ini dianggap lemah karena pada saat Baghdad menjadi ibu kota Daulah Abbasiyah, umumnya menganut ahlussunnah wal jamaah. Ke Empat, Teori Cina. Prof. Dr. Slamet Muljana. Mengatakan bawa Sultan Demak dan para Wali  Songo adalah keturunan Cina. Ke Lima,  Teori Maritim.Menurut N.A Baloch, sejarawan Pakistan, masuk dan berkembangnya islam di Indonesia akibat umat Islam  memiliki navigator atau pelaut yang menjadi pengusaha dan menguasai jalur niaga laut. Sehingga mereka dalam perjalanan niaganya pada abad 1 H, juga turut menyearkan Islam sepanjang pantai Indonesia hingga Cina bagian Utara. Rentang waktunya berlangsung selama 5 abad, yaitu sejak abad 1 H hingga 5 H atau tahun 600 M hingga 1300 M.  demikian tulis NA. Baloch dalam The Advent Of Islam in Indonesia. 
Sepeninggal Rasulullah Saw pada tahun 11 H/632 M, hubungan niaga antara Timur Tengah dengan Negara-negara di luar jazirah arabia masih berlangsung dan diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin. Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 24-36 H atau 644-566 M maengirim utusa dagang ke Cina. Menurut salah satu sumber Saad Abi Waqqas yang sebelumnya menjadi Gubernur Kufah di utus ke Cina,memperkenalkan  Islam pada  650 M, Selama Pemerintahan Gaozong Kaisar Tang . Saat ini jika kita ke Cina, di daerah Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong maka kita akan menemukan makam Saad bin Abi Waqqas dan masjid yang menggunakan namanya. Merupakan masjid tertua di Cina.  Jika mengacu pada teori Prof. Buya Hamka dan NA. Baloch, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh rombongan Saad bin Abi Waqqas saat mereka menjalankan misi dagang dan dakwah ke Cina. Menurut sejarah Cina, juga dijelaskan bahwa Khalifah Islam telah mengirim 32 utusan ke Cina.  Masa  khuafaur rasyidin berlangsung selama 29 tahun, 632-661 M.
JC Van Leur dalam Indonesian Trade and Society dan Thomas W Arnold dalam The Preaching of Islam, juga menuliskan dari sumber Dinasti Tang, bahwa pada 674 M dipantai Barat Sumatera terlah terdapat settlement (hunian bangsa Arab Islam) yang menetap di sana. 

MEMBONGKAR KONSPIRASI DAN DISTORSI SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Realitas Sosial

0 komentar:

Post a Comment