Agama Islam di Indonesia masuk pada abad ke
13 dan dibawa oleh pedagang arab dari Gujarat India. Samudera Pasai merupakan
Kerajaan Islam yang pertama. Kira-kira seperti itu doktrin sejarah yang kita
pelajari sejak SD hingga SMA bahkan bangku kuliah. Pelajaran sejarah yang
menjadi kurikulum departemen pendidikan nasional Indonesia yang bersumber dari
orientalis Snouck Hurgronje, seorang warga Belanda berdarah Yahudi. Sebelum
lebih jauh mengkaji sejarah msauknya Islam di Indonesia, terebih dahulu penulis
ingin mengajak menelisik siapa sebenarnya Snouck dan apa perannya dalam proyek
konspirasi ini. Tahun 1884 merebut hati ulama Mekkah, Snouck pura-pura memeluk
Islam dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Hal ini terungkap saat
Snouck melakukan surat menyurat dengan gurunya Theodor Noldekhe, seorang
orientalis Jerman terkenal. Dalam suratnya, Snouck menegaskan bahwa
keIslamannya adalah permainan untuk menipu orang Indonesia demi mendapatkan
informasi. Ia menulis “Saya masuk Islam hanya pura-pura. Inilah
satu-satulnya jalan agar saya bisa diterima masyarakat Indonesia yang fanatic”.
Temuan lain Koningsveld dalam surat Snouck
mengungkap bahwa ia meragukan adanya Tuhan. Ini terungkap dari surat yang ia
tulis pada pendeta Protestan terkenal Herman Parfink yang berisi, ‘Anda
termasuk orang yang percaya pada Tuhan. Saya sendiri ragu pada segala sesuatu”.
Dr. Veld berkomentar tentang aktivitas Snouck: “Ia berlindung di balik
nama “penelitian Ilmiah” dalam melakukan aktifitas spionase, demi kepentingan
penjajah”. Veld yang merupakan peneliti Belanda yang secara khusus mengkaji
biografi Snouck menegaskan, bahwa dalam studinya terhadap masyarakat Aceh,
Snouck menulis laporan ganda. Ia menuliskan dua buku tentang Aceh dengan satu
judul, namun dengan isi yang bertolak belakang. Dari laporan ini, Snouck hidup
di tengah masyarakat Aceh selama tiga puluh tiga bulan dan ia pura-pura masuk
Islam. Snouck juga menikahi 2 perempuan Indonesia yang ke semuanya merupakan
anak ulama. Snouck melangsungkan perkawinannya dengan Sangkana, anak tunggal
Raden Haji Muhammad Ta’ib, Penghulu Besar Ciamis. Dari perkawinannya itu
terlahir empat orang anak, Salmah, Umar, Aminah, Ibrahim. Pada tahun 1895,
Sangkana meninggal dunia, kemudian tahun 1898 Snouck mengawini Siti Sadiyah,
putri Haji Muhammad Soe’eb, Wakil Penghulu kota Bandung. Pada tahun 1910 Snouck
melangsungkan pernikahan dengan Ida Maria, putri Dr.AJ Oort, pendeta liberal di
Zutphen, perkawinannya yang ketiga ini dilangsungkan di negeri Belanda.
Dalam rentang waktu itu, ia menyaksikan
budaya dan watak masyarakat Aceh sekaligus memantau perisriwa yang terjadi.
Semua aktivitasnya tak lebih dari pekerjaan spionase dengan mengamati dan mencatat.
Sebagai hasilnya ia menulis dua buku. Pertama berjudul “Aceh,” memuat laporan
ilmiah tentang karakteristik masyarakat Aceh dan buku ini diterbitkan. Tapi
pada saat yang sama, ia juga menulis laporan untuk pemerintah Belanda berjudul
“Kejahatan Aceh.” Buku ini memuat alasan-alasan memerangi rakyat Aceh. Dua buku
ini bertolak belakang dari sisi materi dan prinsipnya. Buku ini menggambarkan
sikap Snouck yang sebenarnya. Di dalamnya Snouck mencela dan merendahkan
masyarakat dan agama rakyat Aceh. Laporan ini bisa disebut hanya berisi cacian
dan celaan sebagai provokasi penjajah untuk memerangi rakyat Aceh.
Distorsi Sejarah Cara Memperlemah Islam
Snouck Hurgronje meletakkan dasar kebijakan
politik Belanda untuk melakukan proyek deIslamisasi. Berdasarkan konsep Snouck,
pemerintah kolonial Belanda dapat mengakhiri perlawanan rakyat Aceh dan meredam
munculnya pergolakan-pergolakan di Hindia Belanda yang dimotori oleh umat
Islam. Pemikiran Snouck -berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya- menjadi
landasan dasar doktrin bahwa “musuh kolonialisme bukanlah Islam sebagai Agama,
melainkan Islam sebagai Doktrin Politik”. Maka dimulailah proyek deislamisasi.
Selama penjajahan hingga diwariskan setelah kemerdekaan Indonesia. Salah
satunya menjauhkan Islam dari kebesaran masa lalu. Fakta bahwa Islam telah
hadir lebih awal sebelum kebesaran kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia, pun
diputar balikkan. Sehingga terkesan bahwa kehadiran Islam pada abad ke 13
justru menjadi penyebab lemah dan runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit dan
kerajaan Budha Sriwijaya. Dan nahasnya, sejarah ini masih dipakai hingga saat
ini tanpa upaya melakukan klarifikasi terhadap sejarawan Indonesa dengan sumber
yang lebih banyak, bukan hanya dari Snouck Hurgronje.
Sejarah Masuknhya Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia selalu menjadi
pembahsan hangat di kalangan para ulama, karena ada berbagai sumber dengan
cerita berbeda. Apakah Islam dibawa oleh pedagang atau guru-guru tasawuf. Pun
yang membawa Islam ke Indonesia masih menjadi kajian menarik. Apakah Islam
dibawa oleh muslim dari Cina, Arab atau India?
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam
di Indonesia. Pertama seperti telah dijelaskan di depan (teori Snouck
Hurgronje), bahwa Islam dibawah oleh pedagang dari Gujarat India yang merupakan
daerah penganut rasawuf. Kedua,Teori Makkah. Menurut Prof. Buya Hamka,
Islam masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi. Sebagaiaman tertulis dalam
berita Cina Dinasti Tang yang menjadi landasan teori tersebut. Tang menulis
tentang ditemukannya daerah hunian wirausahawan Arab Islam di pantai Barat
Sumatera. Hamka membantah teori Snouck bahwa Islam masuk pada abad 1275
melalui kerajaan Samudra Pasai. Ketiga, Teori Persia. Menurut
Pfor Dr. Abubakar Atjeh mengikuti pandangan Djajadiningrat, Islam masuk dari Persia
dan bemazhab Syi’ah. Namun teori ini dianggap lemah karena pada saat Baghdad
menjadi ibu kota Daulah Abbasiyah, umumnya menganut ahlussunnah wal
jamaah. Ke Empat, Teori Cina. Prof. Dr. Slamet Muljana. Mengatakan
bawa Sultan Demak dan para Wali Songo adalah keturunan Cina. Ke Lima, Teori Maritim.Menurut N.A Baloch,
sejarawan Pakistan, masuk dan berkembangnya islam di Indonesia akibat umat
Islam memiliki navigator atau pelaut yang menjadi pengusaha dan menguasai
jalur niaga laut. Sehingga mereka dalam perjalanan niaganya pada abad 1 H, juga
turut menyearkan Islam sepanjang pantai Indonesia hingga Cina bagian Utara.
Rentang waktunya berlangsung selama 5 abad, yaitu sejak abad 1 H hingga 5 H
atau tahun 600 M hingga 1300 M. demikian tulis NA. Baloch dalam The
Advent Of Islam in Indonesia.
Sepeninggal Rasulullah Saw pada tahun 11
H/632 M, hubungan niaga antara Timur Tengah dengan Negara-negara di luar
jazirah arabia masih berlangsung dan diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin.
Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 24-36 H atau 644-566 M maengirim utusa
dagang ke Cina. Menurut salah satu sumber Saad Abi Waqqas yang sebelumnya
menjadi Gubernur Kufah di utus ke Cina,memperkenalkan Islam pada
650 M, Selama Pemerintahan Gaozong Kaisar Tang . Saat ini jika
kita ke Cina, di daerah Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong maka kita
akan menemukan makam Saad bin Abi Waqqas dan masjid yang menggunakan namanya.
Merupakan masjid tertua di Cina. Jika mengacu pada teori Prof. Buya Hamka
dan NA. Baloch, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Islam di Indonesia dibawa
oleh rombongan Saad bin Abi Waqqas saat mereka menjalankan misi dagang dan
dakwah ke Cina. Menurut sejarah Cina, juga dijelaskan bahwa Khalifah Islam
telah mengirim 32 utusan ke Cina. Masa khuafaur rasyidin
berlangsung selama 29 tahun, 632-661 M.
JC Van Leur dalam Indonesian Trade and
Society dan Thomas W Arnold dalam The Preaching of Islam, juga menuliskan dari
sumber Dinasti Tang, bahwa pada 674 M dipantai Barat Sumatera terlah terdapat
settlement (hunian bangsa Arab Islam) yang menetap di sana.
0 komentar:
Post a Comment