Menilik berbagai
persoalan aktual yang ada dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dewasa
ini, baik di lapangan ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum maupun ideologi
dan agama, tampak sekali bahwa pemerintah dan negara ini telah:
·
Gagal menyejahterakan rakyat.
Meski
disebut oleh pemerintah bahwa angka kemiskinan terus turun, tapi secara kasat
mata masih sangat banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Hal ini tampak
misalnya ada lebih dari 70 juta rakyat miskin yang masih menerima raskin.
Bahkan kini tengah terjadi krisis pangan, harga kebutuhan pokok meroket, daya
beli rakyat menurun, ekonomi makin sulit. Sebanyak 4 juta anak Indonesia kurang
gizi. Rakyat terpaksa berutang, mengurangi makan atau makan seadanya seperti
nasi tiwul (yang telah mengakibatkan 6 orang meninggal) atau bunuh diri.
·
Gagal melindungi moralitas rakyat
Pornografi
dan pornoaksi makin marak. Baik di dunia maya (internet) maupun di dunia nyata.
Meski UU Pornografi telah diundangkan, tapi faktanya itu seperti macan ompong.
Seks bebas seperti telah menjadi biasa. Lebih dari 51% pelajar di Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan
52% di Medan mengaku telah melakukan hubungan seks sebelum nikah. Hal ini terjadi
juga pada laki-laki dan perempuan dewasa. Sehingga banyak terjadi kehamilan di
luar nikah dan berujung pada aborsi.
·
Gagal melindungi kekayaan rakyat
Kekayaan
rakyat baik berupa minyak dan gas bumi, barang tambang maupun yang lainnya
tidak banyak dinikmati oleh rakyat, tapi oleh segelintir orang, termasuk pihak
asing melalui regulasi dan kebijakan yang tidak pro rakyat. Rencana pembatasan
BBM bersubsidi misalnya, hanyalah akal-akalan pemerintah untuk memuluskan
liberalisasi sektor migas dimana salah satu poin pentingnya adalah pencabutan
subsidi. Bahwa rencana itu diperlukan untuk menekan subsidi tidaklah relevan
karena faktanya yang lebih membebani APBN adalah pembayaran utang dan bunga
utang serta keperluan lain. Misalnya, dana untuk 244 pilkada tahun 2010 sebesar
Rp 55 Triliun, bandingkan dengan kebijakan pembatasan BBM subsidi yang hanya
akan menghemat sekitar Rp 3,8 triliun.
·
Gagal memberantas korupsi dan mafia hukum
Korupsi
makin menjadi-jadi. Dan ironinya banyak dilakukan oleh para pejabat yang
berlangsung makin massif dan sistemik. Lihatlah, 148 kepala daerah sekarang ini
jadi tersangka korupsi, diantaranya adalah 17 Gubernur. Kasus korupsi
melahirkan korupsi baru melalui mafia hukum yang bisa mengatur kepolisian,
kejaksaan, kehakiman dan pengacara. Itulah yang membuat banyak kasus korupsi
yang tidak terungkap. Kasus skandal Bank Century atau mafia Perpajakan adalah
salah satunya.
·
Gagal melindungi aqidah umat
Korban
Pemurtadan dan Aliran Sesat terjadi dimana-mana. Hingga sekarang terdapat lebih
dari 250 aliran sesat. Sementara, Ahmadiyah masih bebas bergerak padahal sudah
dinyatakan sesat, serta Depag dan MUI sudah merekomendasikan untuk dibubarkan.
Belum lagi berkembangnya berbagai tindak kemusyrikan serta paham Sepilis. Ini bukti
bahwa negara gagal melindungi aqidah rakyat negeri ini yang mayoritas muslim.
·
Gagal membawa rakyat kepada jalan yang diridhai
Allah
Dan
yang paling utama adalah dengan tetap setia pada sekularisme dan kapitalisme
negara juga telah gagal membawa rakyat ini kepada jalan yang diridhai oleh
Allah SWT. Memang diakui bahwa kemerdekaan ini adalah atas berkat dan rahmat
Allah SWT, tapi pada faktanya pengakuan itu tidak diikuti dengan ketundukan
pada segenap aturan-aturan-Nya. Tetap saja, syariahnya disisihkan dan hukum
jahiliah dipertahankan.
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
ReplyDelete