Sejarah yang tak pernah kita lupakan adalah Prestasi dalam mendorong suatu
perubahan yang paling kreatif, sangat fenomenal dan mengesankan dalam
sejarah dakwah dan penyebaran agama (syi’ar) Islam dengan damai di Nusantara,
khususnya di pulau Jawa dan pulau Madura. Bahkan mungkin di dunia, adalah
apa yang telah dilakukan oleh Wali Songo (sembilan wali). Para wali yang
berjumlah sembilan ini, melalui pendekatan sosial, budaya, pendidikan, politik
dan ekonomi (perdagangan) telah berhasil mengubah dalam waktu yang relatif
singkat keyakinan orang-orang jawa, Sunda dan Madura yang terbentang dengan
luas bentangan lebih dari 500.000 Km persegi dan hampir seratus persen pemeluk
agama Hindu dan Budha, bisa berubah menjadi pemeluk Islam mayoritas mutlak di tanah
Jawa dan Madura (lebih dari sembilan puluh persen). Sedangkan saat itu, tidak
ada system komunikasi yang canggih dan tidak ada kendaraan bermotor dan pesawat
terbang kecuali kuda dan kereta yang ditarik oleh kuda atau binatang lainnya.
Para wali dalam menyebarkan agama Islam
melalui pendekatan sosial, budaya, politik dan ekonomi benar-benar sangat ellegant,
arif dan cerdas. Bagaimana para wali dalam membangun komunikasi dengan
masyarakat Jawa, Sunda dan Madura, yang majemuk dan hampir seratus persen
beragama Hindu dan Buddha, bisa mengubah keyakinan mereka, kemudian
berbondong-bondong untuk memeluk agama Islam, sungguh benar-benar sangat
mengesankan. Tentu sangat tidak mudah mengubah keyakinan jutaan orang
Jawa, Sunda dan Madura yang sudah mengakar selama ribuan tahun, dalam
waktu singkat menjadi pemeluk Islam.
Bagaimana problem-solving yang
diterapkan oleh para wali dalam mengubah keyakinan jutaan orang Jawa,
Sunda dan Madura menjadi pemeluk Islam dalam waktu singkat adalah dengan menerapkan
pendekatan sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi tidak hanya secara
konfrehensif tapi secara holistik, serentak dan paralel dalam waktu relatif
bersamaan.
Dibidang sosial dan budaya usaha
para wali dalam menghindari resistensi terhadap usaha menghapuskan tradisi dan
budaya masyarakat Hindu dan Budha yang bertentangan dengan ajaran Islam, yaitu
dengan cara membiarkan tradisi dan budaya itu berkembang dimasyarakat, tapi
substansi dari budaya itu yang sebelumnya bertentangan dengan ajaran Islam.
diganti dan diisi dengan warna Islam yang kental dengan ajaran taukhid
(meng-Esa kan Tuhan) Contohnya budaya kenduri, tradisi dan budaya yang
berkaitan dengan upacara kematian dengan memberi warna melalui bacaan tahlil.
Dibidang seni pertunjukan, Sunan Kalijaga, satu diantara sembilan para wali,
berhasil memberikan warna Islam pada pertunjukan wayang kulit yang menjadi
favorit masyarakat Jawa saat itu, bahkan pertunjukan wayang kulit dijadikan
sarana oleh para wali dalam menyebarkan agama Islam.
Dibidang politik para wali berhasil
mengislamkan putra Raja Majapahit yang terakhir (Raja brawijaya V) yang
selanjutnya mengangkatnya menjadi Raja di Demak, Jawa Tengah dan dari Kerajaan
Demak agama Islam disebarkan tidak hanya di P. Jawa bahkan keseluruh Nusantara
melalui kekuatan politik.
Dibidang ekonomi dan perdagangan, para
wali tidak hanya sebagai juru dakwah yang menyebarkan agama Islam tapi
juga dikenal dalam sejarah sebagai pedagang-pedagang yang tangguh, ulet, jujur
dan murah hati dengan jangkauan antar pulau. Melalui aktifitas
perdagangan dan ekonomi inilah, para wali berhasil meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup rakyat, sehingga rakyat merasa simpati.
0 komentar:
Post a Comment